Liputan6.com, Medan - Festival Hantu Lapar atau The Hungry Ghost Festival merupakan salah satu tradisi unik Indonesia. Tradisi sembahyang ini digelar oleh Masyarkat Tionghoa Kota Medan di Wihara Gunung Timur.
Gelaran Sestival Hantu Lapar ini dimulai dengan membakar kertas "uang" berwarna kuning. Kertas "uang" tersebut dibakar bersama beraneka ragam makanan yang disiapkan, mulai dari aneka kue, manisan, minuman, hingga buah-buahan.
Tak lupa aneka replika tas bermerek dan barang-barang mewah lainnya yang diperuntukan untuk para roh leluhur. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, jiwa seseorang yang telah berpulang akan keluar dari neraka dan berkeliaran di bumi.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, diadakan festival sembahyang untuk menghormati jiwa yang telah berpulang. Selain itu, tujuan dari acara ini adalah untuk menghindari dari segala musibah yang ada akibat para arwah dan tidak mengganggu jiwa yang masih hidup.
Festival Hantu Lapar juga dikenal sebagai Festival Cioko. Tradisi ini dilakukan masyarakat Tionghoa setiap tanggal 15 bulan 7 sesuai penanggalan Tinghoa.
Dikutip dari laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, cioko berarti ritual sembahyang dalam agama Konghucu bagi para arwah, baik arwah para sahabat maupun semua arwah secara umum. Bulan ke-7 dalam penanggalan China dianggap sebagai bulan hantu.
Pada bulan tersebut, masyarakat Tionghoa percaya bahwa pintu alam baka terbuka dan para hantu dapat berkelana dengan bebas di dunia manusia selama satu bulan penuh. Pada bulan ke-7 ini, masyarakat Tionghoa merasa harus lebih hati-hati dan selektif dalam melakukan aktivitas.
Mereka menghindari kegiatan semacam membuka usaha baru, menikah, atau bepergian jauh. Hal tersebut dilakukan karena bulan hantu dipenuhi hal-hal yang bersifat tak menguntungkan.
Pada pertengahan bulan hantu ini, warga Tionghoa akan mengadakan perayaan dan persembahyangan sebagai bentuk penghormatan kepada para hantu. Ritual ini disebut juga dengan sembahyang rebut atau cioko.