Muncul Berita Dokter Dituding Rampas Handphone di Blora, AJI Ingatkan Pentingnya Kode Etik Jurnalistik

Kabar ada dokter merampas handphone di Blora menjadi sorotan banyak orang.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 06 Mar 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2023, 16:00 WIB
Aliansi Jurnalis Independen
Aliansi Jurnalis Independen

Liputan6.com, Blora - Munculnya pemberitaan soal Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berprofesi sebagai dokter di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dituding merampas handphone seseorang jadi keprihatinan banyak pihak. Terbaru, dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) angkat bicara setelah mengetahui kabar sumir tersebut.

"Parah dadine, profesi jurnalis banyak diselewengkan," ujar Pendiri AJI Kota Bojonegoro Sujatmiko kepada Liputan6.com, Senin (6/3/2023).

Sujatmiko mengingatkan kepada sesama wartawan untuk berhati-hati dalam membuat pemberitaan menyangkut permasalahan yang bisa merugikan pihak lain, terutama kaitan profesi seseorang.

"Hati-hati membuat berita, karena ada kode etik yang harus dipatuhi. Jangan membuat berita yang menyimpang," tegasnya.

Sujatmiko yang juga Ketua AJI Kota Bojonegoro pertama pada tahun 2012-2015 ini menyebutkan, sejumlah kategori pemberitaan agar tidak menyimpang yang perlu dicermati bersama. 

"Pertama, jangan menghakimi seseorang. Kedua, harus ada cheks and balances. Ketiga, kita itu punya unsur yang bagus, unsur edukasi, unsur kritik dan ada juga soal etika," ujarnya.

Menurut Sujatmiko, etika jurnalistik itu juga harus dijunjung tinggi karena berkaitan dengan profesi. 

"Kita kalau tidak menghormati profesi kita sendiri, siapa yang mengingatkan. Karena kalau kita membuat berita beresiko tinggi, dan tidak ada checks and balances, bisa juga berakibat buruk," ucapnya.

"Maksudnya berakibat buruk itu bisa beresiko tinggi pada orang lain, sehingga ada dampak hukum. Itu penting diperhatikan bersama," imbuh Sujatmiko memungkasi.

 

Melawan Kezaliman

Dokter UH saat didampingi kuasa hukumnya Sugiyarto, menunjukkan kartu anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Dokter UH saat didampingi kuasa hukumnya Sugiyarto, menunjukkan kartu anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Sebelumnya dalam sebuah kesempatan, dokter berinisial UH menggelar konferensi pers yang dihadiri sejumlah wartawan. Upaya ini menyusul munculnya kabar sumir yang mengemuka di publik tidak semestinya.

Fakta sesungguhnya, dr UH adalah korban jual beli tanah kavling yang kini justru dipolisikan oleh pihak-pihak yang tidak mengetahui kasus ini secara utuh.

Demi melawan kezaliman, dr UH melalui kuasa hukumnya, Sugiyarto, kemudian melakukan upaya hukum dengan laporan balik ke polisi atas kejadian yang terjadi.

Sugiyarto mempertegas bahwa kliennya tidak benar jika disebut melakukan tindakan yang berujung perkara pidana.

“Terkait perampasan HP itu tidak benar. Yang jelas, justru sebaliknya helm klien kami adalah yang dirampas,” tegasnya.

Menurut Sugiyarto, terkait dengan aduan perampasan itu, adalah pengaduan palsu karena niat kliennya bukan merampas HP. Tetapi, untuk mengisikan pulsa supaya bisa berkomunikasi dengan broker jual beli tanah kavling.

Dia menuturkan, saat ini berhubung pemberitaan yang sebelumnya muncul menuding yang tidak-tidak, akhirnya juga melaporkan dugaan tindak pidana.

“Jadi, Kamis yang lalu kami sudah melakukan laporan ke Polres Blora. Harapan kami, keadilan ini harus ditegakkan yang selurus-lurusnya,” tuturnya.

Sugiyarto menyebut, laporan yang telah dilakukannya demi membela dr UH sesuai Pasal 378, 372 KUHP Juncto Pasal 317 dan atau Pasal 220 KUHP telah teregister dengan nomor STTLP/47/III/2023/JATENG/RES BLORA.

“Ikuti proses hukum, karena kami sudah laporkan, jadi sudah kami serahkan ke kepolisian,” katanya mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya