Ramadan Ramah Lingkungan Ala Trainer Ecobrick Termuda di Dunia

Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira berbagi tips diet plastik di bulan Ramadan.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 14 Mar 2023, 14:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 14:30 WIB
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Makassar - Tak terasa, Ramadan kini tinggal menghitung hari. Umat Islam di penjuru tanah air pun kini tengah bersiap-siap menyambut bula penuh berkah itu yang diperkirakan jatuh pada Kamis (23/3/2023) mendatang itu. 

Tak bisa dimungkiri, penggunaan plastik saat Ramadan meningkat. Hal itu disebabkan karena banyaknya pedagang jajanan berbuka puasa yang menggunakan kantong plastik, gelas plastik, styrofoam hingga pembungkus kertas saat menjajakkan jajanan berbuka puasa mereka. 

Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia Andi Nisfatul Aira pun berbagi sedikit tips diet plastik yang lebih ramah lingkungan. Menurut dia, dengan mengurangi penggunaan plastik dari diri sendiri merupakan langkah nyata untuk lingkungan yang sehat saat berpuasa Ramadan. 

"Salah satu kegiatan favorit di bulan Ramadan adalah ngabuburit, jalan-jalan sore sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba. Bisa digunakan untuk membuat Ecobrick.Karena mengurangi penggunaan plastik merupakan salah satu cara untuk lebih mencintai alam," kata aktivis lingkungan muda yang akrab disapa Aira itu kepada Liputan6.com, Selasa (14/3/2023). 

Siswi kelas VII yang tengah mengenyam pendidikan di SMP Negeri 29 Makassar itu menjelaskan, bicara masalah sampah, adalah salah satu isu yang sudah gawat. Ironisnya, masalah sampah cenderung tidak mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Apalagi tentang plastik, Ecobrick dan lingkungan.

"Melalui perubahan sekecil apapun, dalam skala sekecil melalui diri sendiri, bila dilakukan bersama-sama akan membawa gelombang besar bagi dunia," seloroh trainer Ecobrick itu. 

Aktivis lingkungan asal Kota Daeng ini pun mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama melakukan kebaikan. Contoh sederhananya menurut Aira dengan cara menjadi konsumen yang bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungan, bonusnya, kesehatan diri dan lingkungan pun akan membaik.

 

Tips dari Aira

Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Disaat ngabuburit, lanjut Aira, masyarakat biasanya membeli makanan dan minuman yang akan dijadikan sajian berbuka puasa. Nah, saat membeli makanan dan minuman tersebut, disitulah banyak yang lupa bahwa akan semakin banyak sampah yang dihasilkan, baik itu dari kantong plastik, gelas plastik, bungkus kertas, maupun sedotan plastik.

"Hal seperti itu yang Aira sebut tidak ramah lingkungan. Lalu, bagaimana caranya agar bisa tetap ramah lingkungan di bulan Ramadan. Tips sederhananya adalah, bawa kantong belanja yang berbahan kain. Karena sudah bukan rahasia memakai kantong plastik itu tidak ramah lingkungan sebab plastik tidak mudah terurai secara alami dan akhirnya bisa mencemari lingkungan," kata Aira.

Karena itu, sebelum ngabuburit atau ke pasar, setiap warga sebaiknya membawa kantong belanja kain untuk belanja sajian berbuka puasa saat ngabuburit. Dengan membawa kantong belanja kain, maka tidak perlu lagi meminta kantong plastik kepada pedagang.

Tak hanya itu, Aira juga menyarankan setiap warga membawa wadah makanan sendiri. Sama seperti membawa kantong belanja sendiri, membawa wadah sendiri dapat membantu mengurangi penggunaan sampah plastik.

"Dengan membawa wadah, maka kita bisa menghemat gelas plastik, styrofoam, atau bungkus kertas yang digunakan oleh penjual untuk membungkus makanan yang mereka jual. Lalu habiskan sajian berbuka, jika perlu hindari membuang-buang makanan saat berbuka puasa. Selain mubazir, membuang makanan yang tidak habis juga memberikan dampak buruk pada lingkungan," beber Aira.

 

 

Prestasi Sang Aktivis Cilik Lingkungan Hidup

Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia asal Makassar, Andi Nisfatul Aira (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Sebagai trainer Ecobrick, jam terbang Aira pun tak perlu diragukan lagi. Ia bahkan mengaku tak jarang didapuk sebagai narasumber di acara komunitas-komunitas yang konsen tentang lingkungan hidup.

"Saya merupakan lulusan program Training of Trainer Ecobrick online selama lima minggu, pada saat itu Aira baru 10 tahun, lulus mengikuti semua sesi, semua tugas, praktikum, dan menyelesaikan semua bacaan, bersama beberapa trainer keren lain yang usianya jauh lebih dewasa," akunya.

Menyangkut lokasi berkegiatannya pun terbilang unik karena mulai dari ambasador zero waste di Makassar Internasional Writer Festival 2019 di Benteng Rotterdam, kampus Universitas Hasanudin, UNM, di lokasi air terjun Pumbunga Kabupaten Maros, kaki Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa, tepi Sungai Jeneberang, Hutan Bambu Alu, Rumah Baca Nusa Pustaka di Sulawesi Barat. Rumata Art Hingga menjadi pemateri dalam rangka Asian Medical Students Exchange Program (AMSEP) Indonesia for Taiwan tahun 2019 di SMA Katolik Rajawali Makassar.

Manfaat dan kegunaan Ecobrick yang dibuat Aira dan ibunya (Indrawati Andi) yang juga merupakan Trainer GEA pun telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya Ecobrick dijadikan bangku atau dingklik, meja, dinding dan partisi panggung yang dibongkar pasang.

"Plastik sekali pakai itu kita ambil dari laundry dekat rumah, lalu kami cuci dan keringkan. Kemudian membuat ecobrick sesuai standar GEA. Malah di rumah kami tak jarang dikunjungi oleh mahasiswa yang melakukan penelitian untuk kebutuhan studi mereka," Aira menuturkan.

Lebih jauh Aira menjelaskan bahwa sampah laut atau marine debris dinilai sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan biota laut. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) per 16 Juni 2022 terdapat 80 persen sampah laut berasal dari kegiatan di daratan yang bocor melalui sungai dan mencemari laut di Indonesia.

Berdasarkan data capaian kinerja pengelolaan sampah dari penginputan data yang dilakukan oleh 164 kabupaten dan kota se-Indonesia pada tahun 2022 oleh KLHK, nilainya pun cukup tinggi. Capaian Kinerja Pengelolaan Sampah adalah Capaian Pengurangan dan Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Berdasarkan data tersebut, timbulan sampah mencapai 19.452.507,63 ton per tahun dengan pengurangan sampah 5.053.904,95 ton per tahun atau 25.98 persen. Lalu  Penanganan Sampah 9.888.044,18 ton per tahun atau 50.83 persen dengan sampah terkelola 14.941,949.13 ton per tahun atau 76.81 persen dan  sampah tidak terkelola mencapai 4,510,558.50 ton per tahun atau atau 23,19 persen. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya