Liputan6.com, Gorontalo - Sudah menjadi tradisi setiap bulan ramadan, Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) kembali berbagi kebahagiaan di Peringatan Hari Lahir ke-77, Rabu (29/3/2023).
Pantauan Liputan6.com, para anggota organisasi tersebut membagikan takjil buka puasa bagi para pengguna jalan di Kompleks Polsek Kabila (Bonebol). Sebanyak 300 paket takjil buka puasa ludes hanya dalam hitungan menit.
Advertisement
Baca Juga
Ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU, Merlan S Uloli mengatakan, dirinya merasa bersyukur pada Peringatan Hari Lahir Muslimat NU ke-77 yang bisa berbagi kebahagiaan sesama umat muslim di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini.
"Alhamdulillah hari ini adalah Hari Lahir Muslimat NU yang ke 77. Kami sebagai Ketua Muslimat NU Kabupaten Bonbol memberikan takjil untuk buka puasa bagi mereka yang berpuasa. Sekitar 300 paket berisi bubur dan kue ludes," kata Merlan.
Merlan mengungkapkan, sebelumnya pada pukul 14.00 Wita, ia bersama pengurus telah mengikuti Peringatan Harlah Muslimat NU Nasional melalui zoom bersama Ketua Umum, Khofifah Indar Parawansa. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian takjil.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut juga dilanjutkan dengan tausiah sembari menunggu waktu buka puasa bersama dengan pengurus Muslimat NU. Sebagai Ketua Muslimat NU Bonebol, Merlan mengajak kepada kaum muslimin dan muslimat untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan selama bulan Ramadan ini.
"Dengan cara ini kita bisa berbagi rasa gembira selama menjalani Ibadah Puasa Ramadan dan Insya Allah akan menjadi amal pahala kita pada bulan ampunan dan penuh berkah ini," dia menandaskan.
Simak juga video pilihan berikut:
Tentang Muslimat NU
Muslimat Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial keagamaan dan merupakan salah satu Badan Otonom dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Organisasi ini didirikan pada tanggal 26 Rabiul Akhir bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1946 di Purwokerto. Hingga kini dipimpin oleh Ketua Umum Hj. Khofifah Indar Parawansa, yang sekaligus juga Gubernur Provinsi Jawa Timur.
Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, 1938 menjadi momen awal gagasan mendirikan organisasi perempuan NU itu muncul. Dua tokoh, yakni Ny R Djunaesih dan Ny Siti Sarah tampil sebagai pembicara di forum tersebut mewakili jamaah perempuan.
Ny R Djuaesih secara tegas dan lantang menyampaikan urgensi kebangkitan perempuan dalam kancah organisasi sebagaimana kaum laki-laki. Ia menjadi prempuan pertama yang naik mimbar dalam forum resmi organisasi NU.
Secara internal, di NU ketika itu juga belum tersedia ruang yang luas bagi jamaah perempuan untuk bersuara dan berpartisipasi dalam penentuan kebijakan. Ide itu pun disambut dengan perdebatan sengit di kalangan peserta Muktamar.
Setahun kemudian, tepatnya pada Muktamar NU ke-14 di Magelang, saat Ny Djuaesih mendapat tugas memimpin rapat khusus wanita oleh RH Muchtar, utusan NU Banyumas yang waktu itu dihadiri perwakilan dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat, seperti Muntilan, Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo, dan Bandung. Forum menghasilkan rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi NU, masyarakat, pendidikan, dan dakwah.
Advertisement