Mengenal Jemaah Aolia Gunungkidul yang Sudah Berlebaran pada Kamis 20 April 2023

Jemaah Masjid Aolia menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunah yang datang dari Nabi Muhammad SAW dan khulafaurrasyidin setelahnya.

oleh Hendro diperbarui 20 Apr 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2023, 23:00 WIB
Jamaah Aolia Panggang Gunungkidul lakukan sholat Idul Fitri kamis (20/4/23)
Merayakan Hari Raya Idul Fitri lebih awal tentu saja membuat jagad media sosial ramai diperbincangkan.

Liputan6.com, Gunungkidul - Merayakan Hari Raya Idul Fitri lebih awal tentu saja membuat jagad media sosial ramai memperbincangkan. Seperti di laman Instagram Liputan6.com, ramai warganet yang berkomentar mengenai lebaran tak serentak.

Hal ini menyusul pemberitaan Jemaah Aolia di Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta yanng telah merayakan Lebaran Idul Fitri pada Kamis (20/4/23) ini. Padahal, pemerintah baru melakukan perhitungan dan melihat hilal di sejumlah tempat di Indonesia pada Kamis sore.

Putra ketiga Pengasuh Jemaah Aolia, Musa Asigbillah menjelaskan mengapa Jemaah Aolia melaksanakan Salat Idul Fitri lebih awal dan seperti apa Aolia yang diasuh oleh ayahnya tersebut.

Musa mengatakan bahwa Jemaah Masjid Aolia dipimpin langsung oleh Kiai Haji Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Benu. Setelah itu, Mbah Benu oleh jamaahnya disebut sebagai Mursyid atau guru.

Jemaah Masjid Aolia menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunah Nabi dan sunah khulafaurrasyidin setelahnya.

Musa mengaku bahwa Jemaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama sebelum dirinya lahir. Dan hingga sekarang, Jamaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY, bahkan tidak bisa menghitung secara pasti karena jumlahnya sangat banyak.

"Kalau secara pasti saya tidak tahu karena sangat banyak. Di (Kecamatan) Panggang ada sekitar 10 titik," tutur dia.

Dia menyebutkan, jika Mursyid Kiai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu keilmuannya secara Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadi Raden Ibnu Hajar Sholeh. Menurut cerita, Mbah Benu pernah dibimbing oleh mursyid-mursyid.

"Beliau pernah mondok seperti di Pesantren Mbulus, pesantren daerah Maron Purworejo. Bahkan, beliau dibimbing juga mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten,"ujarnya.

Dalam ajaran Islam, ilmu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni. Ilmu kasbi dapat diperoleh manusia melalui usaha seperti belajar, melakukan percobaan, dan lain-lain. Sementara itu, ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang.

Sementara itu, Mbah Benu menjelaskan alasan mereka menyelenggarakan salat Id lebih awal ketimbang dengan penetapan pemerintah karena hal tersebut adalah keyakinan yang selama ini mereka anut. Sebab, di Indonesia masih bebas memilih menentukan hari rayanya sendiri.

"Indonesia itu bebas. Mau hari raya silakan, tidak hari raya ya monggo. Mau puasa monggo tidak puasa monggo. Itu tidak masalah yang penting jaga persatuan dan kesatuan. Jangan menyalahkan yang lain, ndak boleh itu," ujarnya.

Dia menambahkan, jemaahnya tidak pernah menjelekkan pihak lain. Namun, jika dijelekkan, dia justru mempersilakannya. Dia mengimbau kepada jemaahnya untuk tidak marah karena tidak ada kamus marah di Jamaah Aolia sesama anak cucu Nabi Adam.

"Jadi kita semua itu saudara. Harus saling mencintai satu sama lain. Harus mengajak kebaikan jadi sama orang lain agama lain tidak masalah. Apalagi sesama muslim, tidak masalah. Apalagi sama pemerintah tidak masalah," dia memungkasi.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya