Liputan6.com, Lampung - Kain tapis merupakan salah satu hasil karya tenun tradisional masyarakat Lampung. Tapis memiliki makna menimpa atau ditimpa.
Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kain tapis merupakan sejenis main tenun yang berbentuk layaknya kain sarung. Kain ini biasanya dikenakan oleh para wanita Lampung.
Advertisement
Beberapa bahan dasar pembuatan kain tapis Lampung terbuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistem sulam.
Advertisement
Baca Juga
Pada 1950, para perajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistem ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.
Umumnya, kain ini memiliki motif dasar berupa garis horizontal. Pada bidang tertentu, kain tapis diberi hiasan-hiasan menarik, seperti sulaman benang emas, benang perak, hingga sutera dengan menggunakan sistem sulam (cucuk).
Tak jarang, kain tapis juga diberi hiasan aplikasi dengan bahan lain, seperti kaca, moci (payet), uang logam, dan sebagainya. Sementara itu, kain ini juga memiliki desain motif tersendiri, di antaranya geometris, flora, fauna, manusia, dan lainnya.
Produksi kain tapis di Lampung biasanya dikembangkan oleh masyarakat adat Pepayun. Tak hanya digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan berpakaian, kain tapis juga memiliki karsa, cipta, dan rasa yang menunjukkan cerminan jiwa dan alam lingkungan Lampung.
Â
Corak Tenun Rumit
Sejak dahulu, masyarakat Lampung memang telah memiliki corak tenun yang rumit. Mereka juga memiliki kemampuan membuat alat-alat tenun tradisional dengan kreasi desain yang unik. Hal tersebut semakin sempurna dengan kemampuan teknik pewarnaan alami yang mereka miliki.
Awalnya, kain tapis dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Selanjutnya, penggunaan kain tapis pun semakin berkembang, yakni dimanfaatkan dalam acara-acara adat yang berkaitan dengan ritual keagamaan.
Ritual keagamaan tersebut merupakan sebuah sarana untuk menghubungkan manusia dengan alam roh. Meski penggunaan kain tapis memang terlihat praktis, tetapi kain ini memiliki fungsi simbolis yang kemudian diberi makna ritual.
Terlepas dari itu semua, kain tapis juga mencerminkan status sosial seseorang dalam masyarakat adat. Pasalnya, jenis kain tapis tertentu hanya dimiliki dan digunakan oleh kalangan terbatas, misalnya tokoh adat, tokoh masyarakat, dan kelompok pemimpin adat atau penyimbang.
Kain tapis biasanya juga digunakan sebagai mas kawin dalam upacara pernikahan. Kain ini juga dikenakan oleh para penari, dijadikan sebagai hadiah perkawinan maupun khitanan, sebagai penutup dan pembungkus makanan, sebagai alas kepala dan alas tempat duduk dalam berbagai upacara adat, dijadikan sapu tangan pengantin wanita, serta berfungsi sebagai penutup punggung mempelai (kain nampan).
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement