Liputan6.com, Papua - Khogo merupakan salah satu tempat tinggal tradisional masyarakat Sentani yang tinggal di Kampung Babrongko, Jayapura, Papua. Secara gotong royong, masyarakat Sentani membangun rumah tradisional ini.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, biasanya rumah adat ini didirikan di atas air. Dengan ditopang tiang yang ditancapkan pada tepian danau, rumah ini pun berdiri kokoh di atas hamparan air.
Dahulu, khogo dibangun dengan arsitektur yang sederhana dan tanpa dinding. Mereka menggunakan atap yang terbuat dari daun sagu sebagai dinding. Daun tersebut disusun berbentuk prisma dengan kedua ujungnya yang menyentuh lantai.
Advertisement
Baca Juga
Untuk arsitektur bagian dalamnya, rumah ini dibuat cukup terbuka. Pembagian ruangan tidak dibuat terlalu tegas antara ruang tamu, ruang tidur, dan ruang makan. Penataan tersebut membuat anggota keluarga bisa makan dan tidur di beberapa tempat, kecuali dapur.
Secara tradisional, konstruksi bagian depan rumah tinggal masyarakat Sentani berada tepat di bibir danau dengan posisi menghadap ke daratan. Sementara itu, bagian belakang rumah berada di atas air dengan dapur yang dibangun terpisah.
Masyarakat Sentani sangat kental hubungan kekerabatannya, sehingga bentuk rumah khogo cukup memberikan makna kebersamaan bagi mereka.
Kini, rumah masyarakat Sentani sudah mengalami banyak perubahan. Hal itu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kehidupan masyarakat setempat.
Saat ini, banyak masyarakat Sentani yang mengganti atap rumah tinggal khogo dengan seng. Adapun ruangan di dalam rumah dibuat sekat untuk memberi batas setiap ruangan. Dinding pembatas tersebut terbuat dari tikar kulit kayu yang tipis.
Penulis: Resla Aknaita Chak