Liputan6.com, Medan - Tradisi gondang naposo merupakan salah satu tradisi unik yang berasal dari masyarakat adat Suku Batak Toba. Tradisi yang dilakukan turun temurun ini menjadi sarana untuk perkenalan kaum muda-mudi Batak.
Dikutip dari jurnal berjudul "Perubahan Makna Gondang Naposo Bulung di Desa Rawang Pasar" karya Rafael Salas Sinaga, gondang naposo adalah pesta muda-mudi Batak Toba yang merupakan sarana untuk membina hubungan antara generasi muda. Tak heran, tradisi ini menjadi pesta yang ditunggu-tunggu muda-mudi Batak Toba.
Pada acara tradisi unik ini para muda-mudi dari berbagai desa akan diundang dalam acara agar bisa berkenalan satu dengan yang lain. Selayaknya acara ajang cari jodoh anak muda akan saling berkenalan, saling menjajaki, sembari menikmati alunan musik.
Advertisement
Baca Juga
Pelaksanaan Gondang Naposo biasanya digelar pada saat bulan purnama setelah upacara Mangase Taon yang dilaksanakan setelah panen raya. Gelaran Gondang Naposo berlangsung selama dua hari.
Kegiatan di hari pertama adalah para orang tua memberikan berkat kepada anak-anak mereka, lalu bergembira dan menari dengan tata kesopanan yang berlaku. Pada hari kedua pelaksanaan Gondang Naposo, acara ini dimulai dari pagi hari.
Para Naposo (muda-mudi) telah diberikan izin untuk memulai acara tor-tor (tarian khas batak) sebagai pertunjukan kepada para tamu undangan. Setiap rombongan tamu undangan biasanya akan membawa persembahan untuk para Naposo yang disebut santisanti.
Persembahan yang diberikan yakni berupa uang tunai yang nantinya akan dimasukkan dalam tandok kecil atau diletakkan di atas pinggan berisi beras. Ketika Naposo dari pihak tulang (paman) telah mempersilahkan para iboto (anak perempuan) untuk menari, itu pertanda bahwa naposo baoa (laki-laki) untuk melirik dan mengajak menari iboto.
Para laki-laki atau perempuan yang saling tertarik akan mendapatkan sebuah sambutan dan dilanjutkan dengan tarian kedua. Di sinilah tahap final apakah keduanya saling menyukai atau tidak, dari tarian tersebut dapat terlihat yang menerima dan menolak.
Apabila diterima, maka si laki-laki menyematkan daun beringin di kepala pujaannya itu, begitu pula sebaliknya. Kini, gondang naposo tidak hanya tradisi pencarian jodoh Suku Batak.
Namun, berkembang menjadi festival tahunan yang menarik minat masyarakat luas.