5 Mitos dan Pantangan Saat Malam Satu Suro, Dilarang Menikah hingga Keluar Rumah

Pergantian malam satu Suro, dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan keramat oleh beberapa orang.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Jul 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2023, 17:00 WIB
Malam Satu Suro
Pihak Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, akan menggelar Malam 1 Suro pada Kamis, 21 September 2017. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Yogyakarta - Saat malam satu Suro, ada beberapa mitos dan pantangan yang berkembang di masyarakat. Mitos dan pantangan tersebut umumnya banyak tersebar dan berkembang di lingkungan masyarakat Jawa.

Malam satu Suro dimulai pada petang (usai magrib) di satu hari sebelum 1 Muharram atau 1 Suro. Tahun ini, 1 Muharram diperingati pada 19 Juli 2023, sehingga malam satu Suro dimulai pada 18 Juli 2023 sekitar pukul 18.00 WIB (setelah magrib).

Hal tersebut berkaitan dengan tradisi Jawa yang menyebut pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam. Sistem tersebut juga berlaku pada pergantian dalam penanggalan Hijriah.

Pergantian malam satu Suro, dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan keramat oleh beberapa orang. Hal ini kemudian menimbulkan beberapa mitos atau pantangan yang harus dipatuhi.

Mengutip dari beberapa sumber, berikut mitos malam satu Suro:

1. Mitos datangnya arwah leluhur

Masyarakat Jawa percaya, malam satu Suro merupakan momen di mana arwah leluhur dari keluarga yang sudah meninggal akan mengunjungi rumah mereka. Mereka percaya, arwah leluhur datang untuk minta didoakan.

Selain arwah leluhur, arwah korban tumbal pesugihan juga dipercaya akan dibebaskan pada malam satu Suro. Hal itu dianggap sebagai bentuk pengandian selama satu tahun.

 

Pantangan Rumah

2. Pantangan keluar rumah

Mitos datangnya arwah leluhur dan arwah korban tumbal pesugihan juga berkaitan dengan pantangan malam satu Suro. Pada malam satu Suro, masyarakat dilarang keluar rumah.

Arwah leluhur harus disambut dengan berdoa di dalam rumah, bukan malah keluar rumah. Masyarakat Jawa pun akan mematuhi pantangan ini, kecuali ada hal sangat penting yang harus dilakukan di luar rumah.

Jika tetap dilakukan, konon akan menimbulkan kesialan dan malapetaka. Bulan Suro yang identik dengan kesialan, bencana, dan hal-hal buruk pun membuat sebagian masyarakat percaya agar tidak keluar rumah untuk menghindari hal buruk.

3. Pantangan menikah

Bagi masyarakat Jawa, melangsungkan pernikahan harus melihat bulan baik dan bulan buruk. Salah satu bulan buruk untuk melangsungkan pernikahan adalah saat malam satu Suro.

Melangsungkan pernikahan pada malam satu Suro merupakan pantangan besar bagi masyarakat Jawa. Jika nekat dilakukan, maka hal itu dipercaya akan berdampak buruk pada kehidupan, seperti mengalami kesialan.

4. Larangan berbicara (tapa bisu)

Masyarakat Yogyakarta memiliki ritual pada malam satu Suro, yaitu tapa bisu. Ritual itu merupakan adat turun-temurun dari para leluhur.

Ritual tapa bisu merupakan ritual tidak berbicara selama mengelilingi benteng keraton Yogyakarta. Mereka akan berdoa dalam keheningan dan ketenangan sambil berjalan kaki.

5. Larangan pindah rumah

Larangan pindah rumah pada malam satu Suro juga berkaitan dengan kepercayaan orang Jawa pada adanya hari baik dan hari buruk. Karena malam satu Suro dianggap sakral, maka ada larangan pindah rumah. Hal ini dilakukan agar sang pemilik rumah terhindar dari musibah.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya