Musik Ghazal, Sajian Musik Melayu Khas Kepulauan Riau

Kini, kesenian ghazal sering ditempilkan sebagai hiburan dalam pesta hingga upacara tradisional.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Agu 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2023, 06:00 WIB
Salam Pagi
Ulu Kasok adalah lokasi wisata baru yang tengah diburu warga Riau memiliki pesona pemandangan seperti Raja Ampat, Papua Barat. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Riau - Musik ghazal merupakan salah satu jenis musik tradisional yang berkembang di tanah Melayu, salah satunya di Kepulauan Riau. Musik ini memadukan keindahan musik dan kedalaman makna syair.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, musik ghazal mulai dikenal dan dikembangkan sejak zaman Kerajaan Melayu. Saat itu, musik ini kerap ditampilkan dalam acara-acara besar kerajaan.

Adapun pendiri musik ghazal adalah Bapak Haji Kenal Muse atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Lomak. Ia berasal dari Johor Baru.

Kunjungan atau silaturahmi antara kerajaan-kerajaan Melayu membuat musik ini perlahan mulai memasyarakat. Akhirnya, sampailah musik ghazal ke Kerajaan Melayu Penyengat (Kepulauan Riau).

Selanjutnya di Tanjung Balai Karimun, musik ghazal mulai dikembangkan pada 1977. Perkembangan musik ghazal di daerah tersebut dilakukan oleh Muhammad Sirat Sintal dan Djantan Sintong.

Ciri khas kesenian ghazal diwarnai dengan perangkat alat musik instrumen akustik, seperti harmonium, gambus, gendang, biola, gitar, tamborin, maracas, dan tabla. Alat musik tersebut diserasikan dengan lagu-lagu Melayu yang lembut dan mendayu-dayu dengan ritme ceria.

Terdapat perbedaan antara lagu melayu dengan musik ghazal. Lagu melayu cenderung berirama joget, inang, langgam, maupun zapin. Sementra ghazal nuansanya terasa pada rampak pukulan tabla yang mengalir dengan ritme yang variatif, mulai dari cepat, lambat, dan pada saat-saat tertentu terdengar rampak pukulan gendang tabla.

Adapun seni syair lagu ghazal umumnya tidak berbeda dengan lagu-lagu joget, inang, langgam, maupun zapin. Kini, kesenian ghazal sering ditempilkan sebagai hiburan dalam pesta hingga upacara tradisional.

Untuk menjaga keberadaan musik ini, seni musik ghazal pun diteruskan oleh anak cucu para pendiri dengan mendirikan sebuah sanggar, yaitu sanggar ghazal Sri Melati. Sanggar tersebut telah didirikan pada 1977.

(Resla Aknaita Chak)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya