Liputan6.com, Jakarta - Melaksanakan sholat fardhu secara berjamaah jauh lebih utama dibandingkan sendirian (munfarid). Pahala sholat berjamaah lebih besar daripada sholat munfarid. Dalil anjuran sholat berjamaah adalah surah An-Nisa’ ayat 102.
"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu." (Q.S. An-Nisa' : 102)
Advertisement
Sholat berjamaah dipimpin oleh seorang imam yang kemudian diikuti oleh makmum di belakangnya. Seorang muslim yang menjadi imam sholat akan mendapatkan pahala lebih dibandingkan makmumnya. Hal tersebut diungkap Ustadz Abdul Somad (UAS).
Advertisement
Baca Juga
"Ya (seorang imam dapat keutamaan lebih), kenapa? Karena dia membawa orang kepada kebaikan. Man dalla 'ala khoirin falahu mitslu ajri fa'ilihi. Siapa yang membawa kepada kebaikan, maka dia dapat pahala seperti orang yang melakukannya," kata UAS dikutip dari YouTube Tanya Jawab UAS.
Menjadi seorang imam tidak boleh sembarang orang. Ada syarat-syarat khusus agar seorang muslim pantas menjadi imam. Salah satunya orang yang paling baik bacaan dan pengetahuannya tentang Al-Qur’an.
Selain yang rukun, seorang imam juga harus memperhatikan hal-hal yang sunnah. Sebab, Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengungkapkan bahwa ada perkara sunnah yang sering dilewatkan saat sholat berjamaah. Apa itu? Simak penjelasannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Imam Tidak Meluruskan Shaf Sholat
Buya yahya mengatakan, sunnah yang sering dilewatkan imam dalam sholat berjamaah adalah meluruskan shaf makmum. Sebagian imam kerap kali langsung melakukan takbiratul ihram setelah iqomah, tanpa menoleh ke belakang memastikan shaf makmumnya lurus dan rapat.
Padahal, kata Buya Yahya, dalam hadis riwayat Muslim telah diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah mengajarkan untuk meluruskan shaf makmum sebelum sholat berjamaah dimulai. Berikut redaksi hadis tentang ini dari Abu Mas’ud.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلاةِ وَيَقُولُ : ( اسْتَوُوا , وَلا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
Artinya: “Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memegang pundak-pundak kami sebelum shalat, dan beliau bersabda: luruskan (shaf) dan jangan bengkok, sehingga hati-hati kalian nantinya akan bengkok (berselisih) pula.” (H.R. Muslim, no. 432).
“Nabi itu dalam merapikan barisan sholat seperti mengatur barisan dalam perang. Imam yang berhak mengatur, yang lain membantu,” kata Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Ahad (9/2/2025).
Oleh karenanya, Buya Yahya mengingatkan agar dalam memilih imam tidak hanya fokus pada orang yang punya hafalan Al-Qur’an banyak tapi tidak memperhatikan bagian fikihnya. Menurut Buya Yahya, jika imam hanya dipilih karena hafalannya bisa jadi masalah.
“Belajar ilmu bagaimana jadi imam biar sempurna jemaah imamnya. Fikih jemaah bisa dipelajari hanya setengah jam saja. Yang penting dia jadi imam harus mengerti bagaimana tata cara berjamaah,” tutur Buya Yahya.
Advertisement
Hikmah Meluruskan Shaf Sholat
Buya Yahya mengatakan, meluruskan shaf sholat adalah bagian penting. Tanda lurus shaf sholat dapat dilihat dari pundak yang menempel dengan pundak. Akan tetapi, menempel bukan berarti harus berdesak-desakan.
“Jangan barisanmu miring-miring, tidak lurus, sehingga menjadi sebab hatimu porak-porandakan. Urusannya mengatur barisan ternyata akibatnya porak-poranda,” kata Buya Yahya.
“Yang punya hati adalah Allah dan sabda nabi dari Allah. Makanya, kalau kita melanggar bisa saja berantakan rumah kita, gara-gara gak peduli urusan barisan shaf,” lanjutnya.
Buya Yahya menekankan bahwa urusan shaf dalam sholat jemaah jangan diremehkan. Hukum meluruskan dan merapatkan shaf sholat adalah sunnah yang sangat dikukuhkan.
Wallahu a’lam.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)