Panggung September Hitam, Tawaran Bergerak dari Mahasiswa Undip

Konflik agraria yang dipicu alih fungsi lahan disorot terjadi pelanggaran HAM dan mencederai rasa keadilan masyarakat.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 29 Sep 2023, 19:38 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 19:38 WIB
Panggung hitam
Suasana panggung September Hitam untuk menggairahkan kembali gerakan penegakan HAM dan Keadilan yang akhir-akhir ini terasa redup. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Liputan6.com, Semarang - Konflik agraria di Pulau Rempang, Lampung, Kalimantan, dan banyak tempat yang melibatkan negara dan pemilik modal, menjadi sorotan para mahasiswa Undip.

Mengambil momentum akhir September yang lekat dengan peristiwa pelanggaran HAM berat terutama peristiwa G30S, digelar Panggung September Hitam. Hanya panggung. Ya hanya panggung,  tapi di panggung inilah kehidupan bernegara direnungkan. 

Menurut ketua panitia Panggung September Hitam, Nabilla Zifni Syafira, panitia berupaya membangkitkan gairah pergerakan penegakan HAM. Itulah sebabnya sejak pintu masuk di area joging track Undip, dipajang lukisan-lukisan yang lekat dengan isu HAM.

"Kami mengajak seluruh elemen di Undip dan kota Semarang khususnya untuk kembali merenungkan dan menggemakan isu HAM," kata Nabilla dari FIB.

Untuk mengisi panggung, memang melibatkan banyak aktivis. Rata-rata sajian dalam kemasan seni. Mulai dari lukisan, musik, teater hingga melukis on the spot.

"Yang kita lihat sekarang adalah mereka yang punya kemampuan melukis. On the spot mereka melukis gedung DPR yang digerogoti tikus. Ini semoga bisa menyadarkan semua pihak bahwa isi HAM sangat berhubungan dengan korupsi," kata Nabilla.

Ayo Bergerak

Panggung hitam
Nabilla Zifni Syafira, ketua panitia Panggung September Hitam. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Tidak seperti panggung yang digelar para aktivis, panggung September Hitam menjadi sangat khas karena penonton yang beragam. Ketika ada waktu jeda, para penonton kembali ke dunianya, dunia remaja yang ceria, dunia mahasiswa yang haus pengetahuan.

Di bagian belakang ada yang mendiskusikan tentang kasus Rempang, ada juga yang bercakap tentang hilangnya penyair Widji Thukul dan meninggalnya Munir.

"Menjadi berat kalau komitmen saat kampanye tidak dilembagakan dan akhirnya menjadi janji aja," demikian salah satu dialog di Joglo belakang penonton.

Apapun yang dilakukan para mahasiswa ini, seperti yang disajikan Poltak Binsar dari Teater Themis Fakultas Hukum.

"Kita harus terus bergerak.....kita tetap harus terus bergerak....kita tetap harus terus bergerak...," serunya yang makin lama makin pelan dan keluar dari panggung. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya