Liputan6.com, Purwakarta - Kemarau panjang, ternyata tak hanya membuat warga di Kabupaten Purwakarta mengalami krisis air bersih, tetapi, juga berdampak pada sektor pertanian. Sudah banyak laporan terkait adanya areal persawahan yang kekeringan, bahkan mengalami puso.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta, Sri Jaya Midan tak menampik hal itu. Dari laporan yang diterima jajarannya, saat ini sudah ada sekitar 110 hektare areal pesawahan yang mengalami kekeringan. Dari jumlah tersebut, kata dia, 8 hektare di antaranya mengalami puso.
Baca Juga
"Untuk 110 hektare yang mengalami kekeringan itu, 44 hektare masuk kategori ringan, 39 hektare kekeringan sedang, 19 hektare kekeringan berat dan 8 hektarenya adalah puso," ujar Midan kepada Liputan6.com di kantor, Senin (9/10/2023).
Advertisement
Midan menjelaskan, untuk areal pesawahan yang mengalami kekeringan akibat dampak kemarau ini tersebar di 8 kecamatan. Adapun yang paling parah terjadi di Kecamatan Darangdan.
"Yang mengalami puso juga ada di Kecamatan Darangdan," jelas dia.
Memang, kata dia, jika dilihat dari persentasenya luasan areal sawah yang kekeringan ini masih sedikit. Pasalnya, untuk 110 hektare yang kekeringan itu merujuk pada standing crop atau luasan pertanaman saat ini.
Adapun, standing crop yang ada di Kabupaten Purwakarta, mencapai 8.742 hektare. Terdiri dari, 2.486 hektare standing crop untuk bulan Juni, 2.376 hektare standing crop untuk bulan Juli, 2.087 hektare standing crop untuk bulan Agustus, serta 1.793 hektare standing crop untuk bulan September.
"Jadi, yang terdampak kekeringan hanya 110 hektare dari 8.742 hektare standing crop yang ada. Bahkan, yang puso prosentasenya hanya 0,001 persen dari standing crop," jelas Midan.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dispangtan Purwakarta, Tatang Sopian menambahkan, areal pertanian di wilayah ini berbeda dengan di wilayah tetangga seperti Subang dan Karawang. Pasalnya, pertanian di Purwakarta dari segi pengairannya masuk ke kategori semi irigasi teknis.
"Jadi, pertanian di kita tidak 100 persen mengandalkan air dari irigasi," ujar Tatang.
Jika bukan irigasi teknis, lantas bagaimana pertanian di Kabupaten Purwakarta tetap hijau saat musim kemarau? Tatang menjawab, salah satu upayanya yakni dengan memanfaatkan sumber mata air selain irigasi. Seperti, sumber mata air dari pegunungan.
Seperti saat ini, untuk sawah tadah hujan, petani memutuskan tidak tanam. Kalaupun masih ada sumber air dari mata air, maka akan dimanfaatkan untuk tanaman palawija ataupun sayuran.
Terkait total luas baku sawah di Kabupaten Purwakarta, Tatang menjelaskan, saat ini mencapai 17.970 hektare. Dari luasan itu, 6.586 hektare di antaranya tadah hujan dan selebihnya persawahan semi irigasi teknis.
"Jika merujuk data luasan pertanaman dari Oktober 2022 sampai September 2023, jumlahnya mencapai 41.304 hektare standing crop," ujarnya.
Dari 41.304 hektare standing crop itu, yang belum panennya seluas 8.742 hektare atau sawah yang dilaporkan telah mengalami kekeringan tersebut. Meski begitu, pihaknya memprediksi sawah yang saat ini masih ada tanamannya masih cukup aman.
"Kalaupun ada yang kekeringan atau puso, itu angkanya sangat sedikit. Sehingga, tidak akan mengganggu hasil produksi untuk pencatatan data di 2024 mendatang," tambah dia.