Banyak Kritik dan Cacian untuk Timnas Indonesia U-17, Ini Catatan Psikolog

Psikolog Timnas Indonesia U-17 Afif Kurniawan sempat keheranan, katanya ada komparasi antara kritik di Indonesia dan timnas negara lain.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Nov 2023, 14:59 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 14:59 WIB
Piala Dunia U-17 - Ilustrasi Timnas Maroko U-17 Vs Timnas Indonesia U-17
Piala Dunia U-17 - Ilustrasi Timnas Maroko U-17 Vs Timnas Indonesia U-17 (Bola.com/Adreanus Titus)

Liputan6.com, Yogyakarta - Perjalanan Timnas Indonesia U-17 di fase grup Piala Dunia U-17 sejatinya cukup membanggakan. Mereka tak pernah absen mendapat poin dua laga di Grup A. Kedunya imbang dengan skor identik 1-1 saat melawan Panama maupun Ekuador dalam laga Grup A.

Namun, hasil itu ternyata masih banyak menuai kritik dari warganet di media sosial. Bahkan, tak jarang muncul makian yang bisa berdampak buruk.

Psikolog Timnas Indonesia U-17 Afif Kurniawan sempat keheranan, katanya ada komparasi antara kritik di Indonesia dan timnas negara lain. Banyak yang berpendapat bahwa di luar negeri pun pemain sepak bola sudah biasa dengan kritik.

Masalahnya, kata Afif, kultur kritik itu biasanya ditujukan bagi pemain sepak bola di tim senior, bukan kelompok umur. Di Timnas Indonesia U-17 idealnya menjadi menjadi wadah bagi para pemain untuk terus berkembang.

“Bedanya adalah tidak ada kultur bully di sana (negara lain). Tidak ada abuse kepada pemain. Di media sosial mungkin ada maki-maki, tapi di lingkungan terdekat akan memberikan dukungan dan perlindungan. Lingkungan terdekat pemain ada pelatih dan keluarga,” kata Afif Kurniawan.

Lantas apa fakta-fakta yang telah terjadi pada Timnas Indonesia U-17?

1. Permainan Terus Berkembang

Banyak pengamat sepak bola menilai Timnas Indonesia U-17 mengalami perkembangan signifikan dalam dua pertandingan fase grup. Saat melawan Ekuador, Iqbal Gwijangge dkk sempat kewalahan menghadapi serangan lawan yang tampil agresif.

Situasi positif kemudian menjadi pembeda saat melawan Panama. Tim Garuda Muda justru memberi tekanan kepada lawan. Beruntung, Timnas Indonesia U-17 tidak menelan kekalahan dalam dua pertandingan tersebut.

Komentar negatif di media sosial akan berdampak besar bagi pemain. Namun, para penggawa Timnas Indonesia U-17 beruntung tetap mendapat dukungan dari lingkungan sekitar untuk terus berkembang.

 

Kritik Pedas

2. Kritik Pedas Warganet

Di media sosial, tak jarang warganet mengkritik satu dua pemain yang dinilainya tampil kurang meyakinkan. Disebut tak pantas bermain hingga narasi-narasi pemain titipan.

Selain itu, banyak yang menaruh ekspektasi tinggi kepada para pemain Timnas Indonesia U-17. Khawatirnya ini justru menjadi beban alih-alih motivasi untuk para pemain.

Satu hal yang jadi sorotan Afif adalah para pemain Timnas Indonesia U-17 memerlukan arahan untuk terus belajar dan berkembang. Dia tidak ingin beban orang dewasa juga ditimpakan kepada anak asuh Bima Sakti.

“Justru yang mengusik saya adalah kenapa kita tidak bisa melihat itu, tapi kita malah mementingkan kekalahan dan kemenangan. Kita harus mementingkan mereka ini dalam proses bertumbuh, karena nanti akan bermain sepak bola sampai mendatang,” ujar Arif.

Dosen Universitas Airlangga itu tegas mengatakan, mengapa harus memberi beban orang dewasa kepada para pemain? Padahal tampil di ajang kelompok umur bukan soal ekspektasi.

(Taufiq Syarifudin)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya