SETARA Institute Bakal Roadshow ke Medan, Mitigasi Politisasi Identitas

Upaya antisipasi perlu dilakukan guna memastikan Pemilu 2024 yang damai dan sejuk.

oleh Tim Regional diperbarui 07 Des 2023, 20:43 WIB
Diterbitkan 03 Des 2023, 23:15 WIB
Sejumlah pria yang tergabung dalam Setara Institute dan Permata Indonesia berpartisipasi dalam aksi perayaan Hari Toleransi Internasional di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. (Antara)
Sejumlah pria yang tergabung dalam Setara Institute dan Permata Indonesia berpartisipasi dalam aksi perayaan Hari Toleransi Internasional di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - SETARA Institute bekerjasama dengan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) kembali menyelenggarakan Roadshow ke-5 dengan mengunjungi Kota Medan dalam rangka peningkatan kapasitas dalam mencegah dan menangani politisasi identitas jelang Pemilu 2024.

Sebelumnya 4 kota sudah dikunjungi, yakni Jakarta (11-12 Juli 2023), Bandung (26-27 Agustus 2023), dan Salatiga (9-10 September 2023), dan Kota Sukabumi (20-21 November).

Kegiatan ini memiliki dua tujuan yakni konsolidasi masyarakat sipil untuk membangun langkah bersama dalam memitigasi politisasi identitas dan penguatan kapasitas masyarakat sipil, terutama anak muda, agar dapat memiliki daya, upaya, dan kontribusi dalam membangun ekosistem sosial-politik yang harmonis.

Ikhsan Yosarie dari SETARA Institute menyampaikan melalui kepesertaan yang diisi anak muda, diharapkan agar anak-anak muda juga mengambil peran dalam menjaga inklusivitas di Kota Medan, yang sebelumnya juga memiliki catatan yang kontraproduktif, di antaranya hambatan dan/atau penolakan pembangunan rumah ibadah.

"Semestinya seluruh pihak, baik aktor negara maupun nonnegara, tidak menyediakan ruang dan peluang terjadinya intoleransi dan persekusi terhadap kelompok minoritas," katanya.

Upaya antisipasi perlu dilakukan guna memastikan Pemilu 2024 yang damai dan sejuk, serta mengantisipasi potensi-potensi terjadinya pembelahan atau polarisasi masyarakat yang mengakibatkan disintegrasi bangsa sebagai dampak politisasi identitas dalam kampanye politik.

Oleh sebab itu salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penguatan kapasitas. Kaum muda dan masyarakat pada umumnya mesti memiliki kapasitas mengenai bagaimana mencegah dan menangani politisasi identitas yang terjadi.

Sama seperti kota-kota sebelumnya, peserta dalam setiap pelatihan ini adalah elemen muda masyarakat sipil, rentang usia 17-25 tahun yang berasal dari beragam latar belakang yang berbeda.

"Baik dari identitas agama dan kepercayaan, hingga berasal dari beragam elemen mahasiswa, media, serta aktivis keberagaman," jelasnya.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya