Liputan6.com, Purwakarta - Intensitas curah hujan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, saat ini telah menunjukan peningkatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat pun kini sedang waswas. Pasalnya, ada beberapa desa di wilayah ini berpotensi pergeseran atau pergerakan tanah.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purwakarta, Heryadi Erlan membenarkan terkait hal itu. Hasil assessment jajarannya beberapa waktu lalu, potensi pergerakan tanah yang paling diantisipasi itu di antaranya di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru. Serta, beberapa kampung di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani.
"Pergerakan tanah di wilayah ini terutama di Kampung Cirangkong Desa Pasanggarahan, memang kerap terjadi. Apalagi, di saat intensitas hujan mulai menunjukan peningkatan," ujar Abah Erlan (sapaannya) saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (9/12/2023).
Advertisement
Baca Juga
Untuk itu, kata Abah Erlan, saat ini jajarannya harus ektra waspada dan secara intensif melakukan pengawasan di daerah-daerah rawan bencana alam ini. Supaya, hal-hal yang tidak diinginkan bisa diantisipasi sedini mungkin.
Abah Erlan menjelaskan, beberapa perkampungan di dua desa yang ada di ujung Barat wilayah ini sebenarnya tidak disarankan untuk dijadikan permukiman penduduk. Hal itu, juga diperkuat dengan adanya hasil kajian jajarannya bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi beberapa waktu
Bukan tanpa dasar, mengingat dari hasil kajian ini menyatakan jika wilayah tersebut berada di antara pertemuan dua sesar atau patahan yang rentan akan pergeseran tanah. Sehingga, wilayah ini tidak disarankan untuk dihuni karena sangat rawan pergerakan.
"Daerah itu merupakan pertemuan antara sesar Lembang dan Sesar Baribis yang membentang hingga daerah Tangerang," jelas dia.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Disarankan Untuk Jadi Pemukiman
Dari catatan yang ada di instansinya, lanjut dia, sejak 2019, 2020 dan 2021 juga sempat terjadi pergeseran tanah di wilayah tersebut. Puncaknya, itu di 2021 yang mengakibatkan sedikitnya 11 rumah hancur, 48 rumah rusak berat, serta 12 rumah yang rusak ringan.
Selain itu, lanjut dia, di 2022 kemarin pergeseran tanah ini juga kembali terulang. Tepatnya, terjadi di pertengahan tahun yang mengakibatkan 21 rumah yang mengalami kerusakan. Tak hanya itu, akibat pergeseran tanah ini, jalan desa di wilayah itu juga terputus.
Sejak kejadian 2022 kemarin, kata dia, jajaranya kembali melakukan Assesment. Saat itu ditegaskan, Kampung Cirangkong memang yang paling rawan, khususnya di dua RT. Kondisi demikian, juga telah disampaikan langsung kepada warga sekitar.
Abah Erlan menambahkan, untuk mengantisipasi pergerakan tanah khususnya di Kampung Cirangkong, Desa Panyindangan pihaknya telah memasang Alarm Tanah Longsor (ATL) sebagai EWS (Early Warning System). Alat tersebut, hasil inovasi pelajar SMK Campaka.
"Alat ini, dapat dipantau setiap harinya. Semoga dengan dipasangnya ATL ini dapat mengurangi dan mengantisipasi kerusakan atau kerugian akibat pergerakan tanah, baik secara materi maupun jiwa," pungkasnya.
Advertisement