Melihat Konsep Inklusi ala Bos Philip Morris

Menurut perempuan asal Palembang, Sumatera Selatan ini, inklusi membantu karyawan untuk dilibatkan, diperlakukan dengan hormat, dan mendapatkan apresiasi.

oleh Tim Regional diperbarui 30 Mar 2024, 10:54 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2024, 16:05 WIB
Philip Morris
Mimi Kurniawan yang saat ini menjabat sebagai Chief Diversity Officer Philip Morris International (PMI)

Liputan6.com, Jakarta - Inklusi menjadi salah satu poin penting dalam perjalanan karier Mimi Kurniawan yang saat ini menjabat sebagai Chief Diversity Officer Philip Morris International (PMI), perusahaan induk PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). Menurut perempuan asal Palembang, Sumatera Selatan ini, inklusi membantu karyawan untuk dilibatkan, diperlakukan dengan hormat, dan mendapatkan apresiasi.

Keyakinan Mimi perihal pentingnya inklusi tidak lepas dari pengalamannya lebih dari 2 dekade berkarir mulai dari jenjang paling awal di Sampoerna hingga kini duduk di level manajemen PMI yang bertanggung jawab untuk seluruh afiliasinya di berbagai belahan dunia.

“Inklusi ini bukan hanya bagi wanita, tapi semua orang. Inklusi adalah suatu kondisi di mana semua pihak mendapatkan pengakuan dan apresiasi terhadap perbedaan, kemampuan, dan pengalamannya,” ujarnya saat ditemui di Jakarta.

Sebagai informasi, Mimi memulai karirnya di Sampoerna pada 1996. Dalam perjalanan kariernya, Mimi telah mendapat kepercayaan di berbagai departemen seperti planning, procurement, logistics, supply chain, manufacturing, hingga kemudian diberi kesempatan untuk memimpin departemen sumber daya manusia (human resource) sebagai salah satu Dewan Direksi di Sampoerna, Indonesia.

Mimi kemudian dipercaya untuk menduduki posisi yang lebih tinggi, yakni sebagai Vice President Manufacturing di New York. Kariernya tidak berhenti di situ. Mimi lalu mendapat tanggung jawab baru sebagai Vice President Operations Sustainability pada Juli 2022. Terbaru, sejak awal 2023 ia mengemban jabatan Chief Diversity Officer.

Perempuan lulusan Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur ini melanjutkan, inklusi tidak lepas dari Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) atau keberagaman, kesetaraan, dan inklusi. Sebagai perusahaan yang memiliki organisasi besar, PMI percaya keberagaman, kesetaraan dan inklusi memainkan peran penting untuk menghadapi tantangan usaha yang beragam, merawat talenta perusahaan dan menjawab kebutuhan konsumen yang dinamis.

PMI, katanya, melihat keberagaman atau diversity sebagai sebuah kekuatan. Untuk itu, PMI berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan yang memiliki berbagai latar belakang agar bisa menjadi diri mereka sendiri guna memberikan kontribusi terbaik, saling mendukung dan mendorong lahirnya inovasi.

"Kami berkomitmen untuk menciptakan tempat kerja yang beragam, setara, dan inklusif. Tujuannya untuk mendukung setiap orang dalam organisasi agar dapat memanfaatkan energi positif mereka untuk tumbuh dengan cemerlang," paparnya.

Jejak penerapan DEI, kata Mimi, dapat dilihat sejak 2019 lalu ketika PMI menjadi perusahaan multinasional pertama yang menerima sertifikasi Global Equal-Salary dari Equal-Salary Foundation. 

Penghargaan serupa juga diraih pada 2022 lalu. Hal itu, katanya, membuktikan bahwa PMI berkomitmen untuk terus memberikan upah yang setara untuk pekerjaan yang sama bagi karyawan laki-laki dan perempuan.

"Pada 2021, kami memulai program "Women in Leadership" untuk mendukung karyawan perempuan. Kami kemudian berhasil mencapai target 40% representasi karyawan perempuan di posisi manajerial pada 2022," paparnya.

PMI juga telah mengimplementasikan kebijakan “Global Parental Leave” yang bersifat inklusif dan berlaku di seluruh afiliasi PMI pada akhir 2022. Melalui kebijakan ini, PMI memberikan periode cuti berbayar bagi orang tua selama 18 minggu untuk pengasuh utama dan 8 minggu untuk pengasuh pendukung tanpa membeda-bedakan laki-laki maupun perempuan.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya