Liputan6.com, Gorontalo - Fenomena bocah-bocah yang dipekerjakan sebagai penjual keripik makin marak di Provinsi Gorontalo. Padahal, usia mereka seharusnya difokuskan untuk mengenyam pendidikan, bukan dijadikan mesin mencari uang.
Pantauan Liputan6.com, di kawasan pusat Kota Gorontalo, kerap kali terlihat anak-anak menjajakan keripik pisang. Dengan membawa keranjang yang berisi keripik, dengan cekatan mereka menawarkan satu persatu orang yang ditemuinya. Tidak heran, jika mereka juga kerap terlihat di pusat-puat perbelanjaan hingga di warung-warung kopi di Kota Gorontalo, yang ramai dikunjungi.
Advertisement
Baca Juga
Salah dari anak itu ialah Gias (11), anak penjual keripik ini mengaku, jualan yang dibawanya adalah milik orang tua sendiri. Setiap pulang sekolah, dia harus menjual keripik demi membayar utang orang tua.
“Ini keripik buatan mama dan papa, tetapi saya yang diminta menjualnya,” katanya.
Menurut Gias, malam hari dirinya harus menjual keripik pisang dengan ditemani sang ayahnya yang menunggu di satu tempat. Setelah berjualan, mereka pulang bersama-sama ke Limboto, Kabupaten Gorontalo. “Kadang pulang ke rumah jam 12 tengah malam, bahkan lewat dari itu,” ujarnya.
Meski dengan wajah yang terlihat lelah, anak itu memaksa untuk tetap berjualan. Kondisi ini pun menjadi perhatian serius bagi masyarakat Gorontalo, di mana perlindungan terhadap anak seusia mereka harusnya diprioritaskan.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Gorontalo, Herson Tahir menyebut, pihaknya sudah pernah melakukan penertiban terhadap anak yang sering berjualan itu. Setelah ditindak, kembali berjualan lagi, bahkan mereka makin banyak.
“Kami pernah menertibkan mereka di Bundaran HI Gorontalo. Tapi hanya beberapa hari kembali lagi,”kata Herson.
Kata Herson, yang jadi masalah adalah, saat siang hari mereka sering tidak terlihat berkeliaran di Kota Gorontalo. Nanti malam barulah beroperasi dengan berjualan lagi.
“Makanya itu yang menyulitkan kami, mereka ada nanti malam. Biasanya mereka berdiri di lampu merah, tetapi sekarang mereka menjual dengan cara mendatangi rumah-rumah dan pusat keramaian,” ungkapnya.
Meski begitu, Dinas Sosial akan terus memantau pergerakan anak yang diduga dieksploitasi dan dipekerjakan untuk menjual. Pihaknya akan menelusuri siapa yang memaksa meraka.
“Kami akan terus berusaha menyediakan program terbaik bagi mereka. Agar tidak lagi seperti itu menjamur di Gorontalo,” ia menandaskan.