Liputan6.com, Bandung - Saat ini, Virus Oropouche menjadi sorotan publik setelah Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan kasus kematian pertama akibat penyakit tersebut. Melansir dari ABS-CBN News kasus kematian tersebut terjadi pada dua wanita berasal dari negara bagian Bahia, Brasil.
“Dua perempuan berusia di bawah 30 tahun dari negara bagian Bahia, Brasil, menjadi orang pertama yang diketahui meninggal akibat virus tersebut,” ucap Kementerian Kesehatan Brasil.
Menurut pihaknya, kedua wanita tersebut menunjukkan gejala yang mirip dengan demam berdarah yang parah. Kemudian, pada tahun ini terdapat lebih dari 7 ribu kasus virus Oropouche yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan Brasil.
Advertisement
Laporan terkait virus tersebut kebanyakan juga berasal dari dua wilayah di antaranya negara bagian Amazonas dan Rondonia. Sebagai informasi virus Oropouche tersebar melalui gigitan lalat bahkan nyamuk yang telah terinfeksi.
Saat ini belum ada vaksin atau obat untuk mencegah virus Oropouche tersebut namun virusnya sudah dideteksi sejak beberapa tahun silam meskipun virus ini belum banyak terdengar.
Diketahui, virus ini pertama kali terdeteksi di Trinidad dan Tobago pada tahun 1955 dan sebagian besar ditularkan melalui gigitan nyamuk meskipun dapat juga ditularkan melalui nyamuk.
“Sangat penting untuk diingat bahwa, berdasarkan pengetahuan kita saat ini, virus ini tidak menular langsung dari manusia ke manusia,” ucap peneliti penyakit menular asal Italia, Concetta Castilletti.
Wisatawan yang mengunjungi daerah yang terkena dampak tidak bisa menularkan virus ke tempat lain. Sementara pihak berwenang di Brazil juga sedang menyelidiki laporan baru-baru ini bahwa wanita hamil dapat menularkan virus ke bayi mereka yang belum lahir.
Lantas Apa Sebenarnya Virus Oropouche?
Virus Oropouche merupakan virus yang dideteksi pertama kali di tahun 1995 namun belum banyak didengar oleh publik. Virus ini pertama kali ditemukan ketika seorang pekerja hutan mengalami demam di sebuah desa di Trinidad dan Tobago bernama Vega de Oropouche.
Desa tersebut berlokasi dekat Sungai Oropouche dan melansir dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) wabah virus Oropouche dilaporkan di Brasil, Panama, dan Peru sebelum tahun 2000.
Kemudian dalam 25 tahun terakhir kasus tersebut telah diidentifikasi di banyak negara di kawasan Amazon termasuk Bolivia, Kolombia, Ekuador, Guyana Prancis, Panama, dan Peru. Penyakit ini juga sempat terdeteksi di Haiti ketika satu anak ditemukan terinfeksi pada 2014.
Pada akhir tahun 2023, kasusnya juga diidentifikasi menjadi wabah besar di daerah endemik dan daerah baru di Amerika Selatan. Kemudian, pada 2024 kasus ini kembali dilaporkan di Kuba sebagai kasus pertama yang dikonfirmasi.
Advertisement
Seperti Apa Gejala Virus Oropouche?
Gejala Oropouche secara umum memiliki gejala yang mirip seperti DBD yaitu demam, sakit kepala parah, meriang, nyeri otot, hingga pegal linu. Selain itu orang yang terinfeksi virus Oropouche juga bisa mengalami gejala lainnya.
Di antaranya sensitif terhadap cahaya, pusing, sakit di belakang mata, mual, muntah, hingga ruam. Gejala tersebut biasanya berlangsung selama kurang dari seminggu dan dapat berulang beberapa hari atau minggu setelahnya.
Kemudian sebagai catatan pada beberapa orang tertentu bisa mengembangkan masalah kesehatan yang lebih serius. Termasuk di antaranya meningitis (peradangan pada membran otak dan tulang ekor), encephalitis (peradangan otak), hingga pendarahan.
Sementara, pihak berwenang di Brazil baru-baru ini menemukan bahwa wanita hamil dapat menularkan virus ke bayi mereka yang belum lahir. Namun, pihaknya masih melakukan penyelidikan karena dampak pada janin belum diketahui secara pasti.
Sebagai informasi, untuk saat ini, kematian akibat virus Oropouche masih cukup jarang terjadi.
Apa Penyebab Oropouche
Seperti dijelaskan sebelumnya, virus Oropouche menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk atau serangga agas yang terinfeksi yakni Culicoides parensis. Nyamuk tersebut biasanya berkembang biak di daerah berawa, hutan hujan tropis, dan dekat dengan pemukiman manusia.
Beberapa jenis nyamuk juga dapat menyebarkan virus termasuk nyamuk Culex Quinquefasciatus, Coquillettidia venezuelensis, dan Aedes serratus. Selain nyamuk virusnya juga ditemukan pada hewan lain.
Di antaranya seperti monyet dan burung yang dapat menjadi reservoir alami bagi virus tersebut. Kemudian, virus Oropouche merupakan virus RNA dengan tiga segmen genom yang mengode protein-protein yang penting untuk replikasi dan virulensi virus.
Struktur genom yang unik tersebut memungkinkan virus tersebut bereplikasi dengan cepat di dalam sel inang dan menyebabkan gejala penyakit yang parah.
Advertisement