Hampir Setengah Penduduk Indonesia Wanita, Inovasi Tanaman Obat dan Ramuan Herbal untuk Kesehatan Harus Dipercepat

Adanya keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia yang tinggi menjanjikan untuk dikembangkannya produk obat dari bahan alam.

oleh Arie Nugraha diperbarui 27 Agu 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 21:00 WIB
Bahan-bahan herbal untuk pembuatan jamu Air Mancur
Bahan-bahan herbal untuk pembuatan jamu Air Mancur . foto: istimewa

Liputan6.com, Bandung - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan Indonesia merupakan negara yang dihuni 49,9 persen wanita dari total jumlah penduduknya. Banyaknya wanita di Indonesia ini harus diperhatikan kondisi kesehatannya karena mereka melahirkan dan menjaga kesehatan putra-putrinya yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa.

Salah satu cara menjaga kesehatan penduduk wanita di Indonesia ini dengan mempercepat inovasi pemanfaatan tanaman obat dan ramuan tradisional.

Menurut Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PRBBOOT) BRIN Sofa Fajriah, adanya keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia yang tinggi menjanjikan untuk dikembangkannya produk obat dari bahan alam, khususnya untuk ramuan kesehatan wanita.

"Istilah back to nature semakin mendorong pemanfaatan herbal yang memberikan efek pada kesehatan. Sehingga, semakin banyak dilakukan berbagai kajian atau studi tentang herbal oleh para ilmuwan yang akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan, serta berpengaruh pula pada penggunaan obat herbal yang berasal dari tumbuhan dengan cara tradisional dan alami yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, bahkan sejak zaman nenek moyang kita," terang Sofa pada webinar Bincang Riset V, bertema 'Tanaman Obat dan Ramuan Herbal untuk Kesehatan Wanita' ditulis Minggu (25/8/2024).

Sofa mengatakan perkembangan pelayanan kesehatan tradisional, disertai antusiasme masyarakat sebagai pengguna pengobatan menggunakan obat bahan alam, menegaskan bahwa pemerintah memiliki tugas untuk meningkatkan dan mengevaluasi pelayanan kesehatan tradisional sebagai perwujudan perlindungan untuk masyarakat.

Hal itu ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, serta PP Nomor 28 tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan.

Sedangkan, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, pihaknya akan terus bersinergi guna mengangkat potensi nasional, untuk menjadi berbagai produk unggulan kompetitif dan menjadi pilar penguat pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia.

"Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan Ibu Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Salah satu isu penting yang disampaikan adalah bahwa pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memberikan perhatian serius pada upaya peningkatan pelayanan kesehatan tradisional," kata Indi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Manfaat Ramuan untuk Kesehatan Wanita di Etnis Madura

Sementara itu Peneliti Ahli Utama di PRBBOT Organisasi Riset Kesehatan (ORK) BRIN Suharmiati menjelaskan ramuan Madura adalah salah satu obat tradisional asli Indonesia yang perlu dilestarikan.

Berbagai resep ini merupakan warisan nenek moyang yang digunakan oleh berbagai kalangan, meskipun pada praktiknya lebih banyak digunakan oleh ibu-ibu.

"Jenis dan bentuk jamu yang dikonsumsi pun beragam," ungkap Suharmiati.

Suharmiati mnuturkan masyarakat Madura lebih menyukai jamu berbentuk serbuk yang diseduh dan diminum seluruhnya. Jamu serbuk ini memiliki aroma yang tajam dan konsistensi yang kental.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat lebih memilih membeli ramuan jamu buatan pabrik yang lebih praktis, meskipun bahan dasarnya tetap berasal dari bahan segar dan simplisia atau bahan yang telah dikeringkan.

"Budaya minum jamu pada perempuan Madura didorong oleh keyakinan bahwa lebih baik tidak makan daripada tidak minum jamu. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa setelah minum jamu Madura, tubuh terasa sehat, bugar, kuat, dan rapat," ungkap Suharmiati.

Pemanfaatan ramuan jamu juga diperkenalkan pada anak-anak dengan memberikan ramuan yang rasanya manis. Pada remaja putri, ramuan jamu diberikan secara rutin sejak menstruasi pertama untuk menjaga kesehatan, mengencangkan rahim, dan mengatasi nyeri haid. Selain itu, juga dilakukan perawatan kulit dengan lulur.

Suharmiati menjelaskan bahwa persiapan khusus juga dilakukan pada saat menjelang pernikahan, terutama untuk calon pengantin wanita, yang dimulai satu bulan sebelum hari pernikahan.

"Calon pengantin pria juga diberikan jamu khusus yang dicampur dengan kuning telur dan madu untuk menjaga kesehatan dan vitalitas," ucap Suharmiati.

Tradisi minum ramuan jamu pada wanita Madura juga didorong oleh keinginan untuk selalu menjadi istri yang dapat memberikan kepuasan kepada suaminya. Suami pun mendukung tradisi ini.

Jika ingin menjarangkan kehamilan, mereka membuat ramuan sendiri yang diminum setelah menstruasi, sedangkan untuk menyuburkan kandungan mereka meminum jamu 'dingin' dari daun-daunan seperti Beluntas.

"Selama masa kehamilan, wanita Madura mengonsumsi berbagai ramuan jamu seperti jamu anton-anton muda, jamu anton-anton tua, jamu cabe puyang, serta air kelapa muda, terutama pada usia kehamilan 7-9 bulan," ungkap Suharmiati.

Pada masa persalinan, mereka mengonsumsi air perasan kunyit, minyak kelapa buatan sendiri, serta kuning telur untuk memperlancar persalinan, juga jamu pelancar ASI dan jamu pasca persalinan.

"Terdapat berbagai jenis ramuan jamu Madura berbahan dasar tanaman obat, seperti jamu Pluntur untuk pasca nifas atau terlambat haid, yang berbahan dasar tanaman Elephantopus scaber, Andrographis paniculata, Sida rhombifolia, Nigella sativa, Kaempferia galanga, dan bahan lainnya," tutur Suharmiati.

 


70 Bahan Baku Obat Tradisional

Saat ini, terdapat 70 bahan baku obat tradisional yang masuk dalam kategori obat tradisional berisiko rendah, seperti minyak kayu putih dari Oleum cajuputi dan minyak kelapa dari Oleum cocos.

Suharmiati juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa larangan dalam pembuatan obat tradisional, seperti larangan menggunakan tumbuhan atau hewan yang dilindungi, bahan isolat atau sintetik, bahan kimia obat, etil alkohol dengan kadar lebih dari 1 persen, narkotika, psikotropika, atau bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan.

"Untuk bentuk sediaan obat tradisional, intravaginal, tetes mata, parenteral, dan supositoria dilarang kecuali untuk pengobatan wasir," tukas Suharmiati.

Komposisi jamu sehat biasanya digunakan untuk menyehatkan dan menyegarkan tubuh, dengan khasiat penambah nafsu makan dan penyegar badan.

Pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional yang disusun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencakup komposisi, pernyataan kegunaan, cara pembuatan, cara penggunaan, dan uji kemanfaatan.

Proses pengkajian obat tradisional dimulai dari komposisinya, dikaitkan dengan pernyataan kegunaan, serta pengkajian terhadap cara pembuatan dan penggunaan.

"Pengembangan obat tradisional, khususnya jamu Madura, membutuhkan uji kemanfaatan yang mencakup uji toksisitas, uji farmakologi, dan uji klinis, serta upaya standarisasi bahan baku. Dengan komposisi yang rasional, jamu Madura memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan terkait dosis penggunaannya," ujar Suharmiati.

Peringkat Dunia Biodiversitas Tumbuhan Indonesia

Indonesia, dengan biodiversitas tumbuhan terbesar kedua di dunia, memiliki potensi besar dalam pemanfaatan tanaman obat yang tersebar di berbagai etnis.

Kekayaan ini menjadi aset penting sebagai agen terapi yang mendukung kesehatan nasional dan berperan dalam pembentukan generasi menuju Indonesia Emas.

Kekayaan alam, khususnya tanaman obat, tidak hanya berfungsi sebagai agen kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga sebagai agen preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan tradisional.

Tanaman obat ini juga bermanfaat sebagai terapi alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

Etnis Madura adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia yang memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional, yang dikenal melalui tradisi minum jamu.

Kebiasaan ini telah diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga dan masyarakat Madura, serta telah terbukti memberikan manfaat yang signifikan. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya