Pertama Kali, Elektabilitas Paslon Santri Akhirnya Langkahi Paslon Incumbent Dalam Survei Pilkada Garut 2024

Untuk pertama kali, elektabilitas (keterpilihan) pasangan calon (paslon) Abdusy Syakur Amin-Luthfianisa Putri Karlina (Santri), sukses melangkahi paslon incumbent

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 30 Okt 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2024, 23:00 WIB
Untuk pertama kali, elektabilitas (keterpilihan) paslon Santri, sukses melangkahi paslon incumbent Helmi Budiman-Yudi Nugraha (Someah) dalam survei lapangan Pilkada Garut 2024. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Untuk pertama kali, elektabilitas (keterpilihan) paslon Santri, sukses melangkahi paslon incumbent Helmi Budiman-Yudi Nugraha (Someah) dalam survei lapangan Pilkada Garut 2024. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Untuk pertama kali, elektabilitas (keterpilihan) pasangan calon (paslon) Abdusy Syakur Amin-Luthfianisa Putri Karlina (Santri), sukses melangkahi paslon incumbent Helmi Budiman-Yudi Nugraha (Someah) dalam survei lapangan Pilkada Garut 2024.

Mengutip hasil durvei lapangan Lembaga Studi Visi Nusantara (LS-Vinus) yang digelar lima hari sejak 18-22 Oktober lalu di 42 kecamatan mencatat, elektabilitas paslon Santri mendapatkan angka 49,32 persen, mengungguli paslon incumbent 'someah' yang hanya mendapatkan 40,63 persen. Sementara sebesar 8,83 persen responden belum menentukan, dan 1,18 persen tidak ada pilihan dalam simulasi pilkada Garut 2024 tersebut. “Dari 1.612 responden yang kami survei tidak kami klasifikasikan apakah dia mahasiswa atau sudah bekerja, yang penting dia adalah orang Garut baik perempuan maupun laki-laki,” ujar Dewan Pembina LS-Vinus, Rizki Rianto dalam rilis survei terbaru, Senin (28/10/2024).

Menurutnya, survei yang dilakukan LS-Vinus menjelang memasuki November sebagai bulan pencoblosan Pilkada Garut 2024, terbilang menarik. Para pemilih menempatkan popularitas di posisi pertama dengan raihan 48,39 persen. Kemudian, program kerja yakni 9,93 persen, akademisi 5,52 persen, partai pengusung 3,91 persen, kepribadian 2,54 persen, bersih dari korupsi 2,48 persen, agama 2,11 persen, tokoh milenial 0,76 persen, dan alasan lainya 0,68 persen, sedangkan 23,7 persen tidak tahu atau tidak menjawab. “Memang data yang kita dapat seperti itu, jadi kita menyampaikan data yang benar-benar ada di lapangan,” kata dia.

Rizki menyatakan, dalam prakteknya metode survei menggunakan sistem cluster random sampling, dengan teori Slovin dalam pengambilan samplingnya. “Margin eror 2.5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen,” kata dia.

Meskipun demikian, Rizki mengingatkan angka capaian survei itu bisa saja berubah terutama menjelang pencoblosan pada 27 November mendatang. “Data kami menemukan sebanyak 29,59 persen responden bisa saja mengubah pilihannya,” ujar dia.

Beberapa faktor pendukungnya yakni pertama pemberian uang sebesar 26,42 persen, kemudian popularitas 22,01 persen, kasus hukum 13 persen, kasus korupsi 10,69 persen, permasalahan partai 9,22 persen, komunikasi 8,81 persen, ikut pihak lain 6,5 persen serta tekanan pihak lain 3,35 persen. “Faktor karena pemberian uang menempati urutan pertama yang menyebabkan seseorang mengubah pilihannya,” ujar dia.

Seperti diketahui elektabilitas Helmi Budiman-Yudi Nugraha sebagai incumbent di angka 30 persen lebih, memang terbilang tinggi dibanding paslon lainnya. Namun, angka itu terbilang stagnan, hingga perlahan dengan pasti paslon Abdusy Syakur Amin-Luthfianisa Putri Karlina (Santri) terus mengejarnya hingga kini mulai mengungguli.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya