Liputan6.com, Bandung - Sekitar 60 pegawai, termasuk dosen, di Fakultas Kesehatan dan Teknik Universitas Bandung dikabarkan belum digaji lebih dari enam bulan. Masalah ini diaku berkelindan dengan kasus korupsi Program Indonesia Pintar (PIP) yang telah menyeret mantan rektor sebagai tersangka.
“Betul (belum menerima gaji sejak Juli),” kata perwakilan pegawai Fakultas Kesehatan dan Teknik, Riki Haridiansyah, 30 Desember 2024 lalu.
Baca Juga
Bahkan, katanya, pembayaran upah sudah tidak normal sejak awal 2024. “Sebulan itu paling setengah (gaji), dan dari bulan Juli sampai sekarang gaji tidak keluar,” katanya.
Advertisement
Perguruan Tinggi Swasta tersebut dikelola Yayasan Bina Administrasi (YBA). Audiensi telah beberapa kali dilakukan. Namun, pihak yayasan tak kunjung menepati janji pembayaran upah pegawai.
Perwakilan pegawai juga telah melaporkan masalah ini ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jawa Barat dan Banten.
Riki menyampaikan, dari hasil beberapa kali audiensi, pihak yayasan beralasan tidak cukup uang untuk menggaji pegawai buntut kasus korupsi Program Indonesia Pintar. Pada 26 November 2024, Kejaksaan Negeri Bandung diketahui telah mengumumkan penetapan mantan Rektor Universitas Bandung berinisial BR sebagai tersangka.
Dampak dari kasus tersebut adalah penutupan Fakultas Administrasi dan Bisnis. Sekitar 2.000 mahasiswa dikabarkan terpaksa harus pindah kampus, melanjutkan studinya ke beberapa kampus seperti Universitas Pasundan, Universitas Nurtanio, atau International Women University (IWU) Bandung. Selain itu, kucuran dana PIP pun distop. Itu diaku jadi sebab kehilangan pendapatan sehingga tak mampu membayar upah para pegawai.
Pihak pegawai sudah berupaya menuntut keterbukaan keuangan. Namun, Riki menyebut, pihak yayasan enggan terbuka terkait itu.
“Boleh gak kita minta laporan keuangannya kalau memang mau terbuka kan, karena yayasan wajib melaporkan ke publik, apalagi ini yayasan pendidikan. Tapi, ya, tidak ada respon sama sekali,” katanya. “Kita capek, karena sudah lama berlarut, yang sekarang kami butuhkan itu gak sekadar janji, tapi apa rencana, tindakan konkret dari yayasan,” imbuh Riki.
Tanggapan Ketua Yayasan
Ketua Umum Yayasan Bina Administrasi (YBA), Uce Karna Suganda, mengakui adanya masalah pembayaran upah di Universitas Bandung. Dia menyebut, hal itu memang dampak dari kasus korupsi PIP.
Pasca-penutupan Fakultas Administrasi Bisnis, pihak yayasan diaku kehilangan pendapatan. Ada tiga prodi yang ditutup yakni Prodi Administrasi Publik, Prodi Administrasi Bisnis, dan Magister Adnimistrasi Publik.
“Bayangkan 2.000 mahasiswa hilang, pendapatan dari mahasiswa tidak ada. Ditutup 2023,” katanya saat dihubungi, Senin, 30 Desember 2024 lalu.
Sementara di Fakultas Kesehatan Teknik, katanya, hanya tersisa sekitar 300 mahasiswa. Pendapatan yang didapat dari fakultas itu diaku tidak cukup membayar beban upah pegawai.
“Jadi, memang kita tidak bayar, ya, karena uangnya tidak ada,” aku Uce.
Uce mengklaim, pihak yayasan akan tetap membayarkan upah. Saat ini, yayasan tengah berupaya mencari uang dengan cara menjual aset yaitu bangunan Kampus 1 yang berlokasi di Jalan Cipagalo Girang No 24, Margasari, Kota Bandung.
"Tapi belum ada yang nawar. Kalau itu laku sudah beres semuanya,” katanya.
Selain menjual aset, aku Uce, solusi lain yang bakal ditempuh ialah membuka prodi baru dan menjaring investasi.
“Makanya saya balikan, ada tidak pemasukan, kan tidak ada? Nah, untuk mengatasi itu kita kerjasama, kita rencananya akan bangun prodi baru sehingga bisa menerima mahasiswa baru lagi. Semoga Januari ini, kalau mahasiswa sudah masuk, target dari tim kita sih 1000-an dulu. Di samping itu, kita mencari investasi, semoga bisa kerjasama, bisa stabil lagi, bisa membayar gaji,” katanya.
Advertisement
Sanggahan Pegawai
Perwakilan pegawai Fakultas Kesehatan dan Teknik, Universitas Bandung, Riki Haridiansyah, menyanggah bahwa jumlah mahasiswa di fakultasnya tidak bisa dijadikan alasan kuat atas telatnya pembayaran gaji.
Pengakuan dia, sebelum adanya penggabungan kampus menjadi Univesitas Bandung, tak pernah terjadi masalah pembayaran upah pegawai. Mayoritas mahasiswa fakultas tersebut merupakan mahasiswa non-beasiswa, sehingga pendapatan kampus utamanya bersumber dari biaya kuliah mahasiswa.
"Dulu saat masih kampus Apikes mahasiswa kita total itu cuma 200, paling banyak 300. Tapi tidak pernah ada masalah, jalan-jalan aja,” katanya.
Mulanya, sambung Riki, keuangan dikelola oleh masing-masing manajemen kampus, tidak secara langsung oleh yayasan.
“Sebenarnya kan mahasiswa di sini pendapatan itu banyak, karena Juni lalu semester genap ada yang sidang, praktek, ada Ukomnas. Pemasukan banyak dari SPP juga, tapi ke sini-sini kok tidak ada masuk ke kita, untuk operasional aja tidak bisa. Makanya kita bingung, kita dari awal pemasukan banyak, tapi kok tidak masuk ke sini. Untuk gaji juga tidak ada,” katanya.
Universitas Bandung merupakan penggabungan dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bandung dengan Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) YBA Bandung. Di sana hanya ada dua fakultas. Pertama, Fakultas Administrasi Bisnis yang berlokasi di Kampus 2, Jalan Muararajeun Lama No. 51, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung). Kedua, Fakultas Kesehatan dan Teknik berlokasi di Kampus 1 daerah Cipagalo.