Liputan6.com, Banjarmasin - Masyarakat Kandangan di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, memiliki sajian khas berupa olahan ketupat yang dipadukan dengan ikan gabus asap. Berbeda dengan sajian ketupat khas Idulfitri, ketupat kandangan merupakan sajian sarapan sehari-hari masyarakat Kandangan.
Mengutip dari indonesiakaya.com, hidangan ini dipercaya sudah ada sejak abad ke-18. Saat itu, masyarakat Banjar memanfaatkan hasil tangkapan ikan haruan (gabus) yang berlimpah di sungai sekitar.
Ikan gabus memang menjadi primadona di beberapa sajian khas Kandangan. Hal itu karena daerah ini dilimpahi rawa, waduk, sungai, dan irigasi sawah yang kaya akan ikan gabus.
Advertisement
Baca Juga
Selain lezat, ikan ini juga memiliki kandungan asam amino yang tinggi. Mengonsumsi ikan gabus terbukti mampu mempercepat pembentukan jaringan kulit dan meningkatkan produksi kolagen, sehingga bermanfaat untuk kesehatan kulit.
Masyarakat mengolah ikan gabus dengan cara diasap. Ikan tersebut kemudian dimasak bersama santan dan aneka rempah.
Hasilnya berupa olahan ikan gabus asap dengan kuah kental berwarna kuning keemasan. Dengan hanya melihat tampilannya saja sudah mampu membuat perut keroncongan.
Bagi masyarakat Kandangan, ketupat kandangan telah menjadi menu sarapan maupun makan siang khas Banjarmasin. Sajian ini bisa ditemui di warung maupun restoran sekitar.
Terkait ketupat yang digunakan pada sajian ini, ketupat kandangan menggunakan ketupat yang berbeda dari ketupat pada umumnya. Jika biasanya ketupat di daerah lain dibungkus menggunakan janur, ketupat kandangan biasanya dibungkus dengan daun kelapa.
Bentuknya pun berbeda. Ketupat kandangan berbentuk segitiga sama sisi.
Selain itu, beras yang digunakan untuk membuat ketupat bukanlah beras biasa, melainkan beras lokal yang istimewa bernama Siam Unus. Beras ini ditanam di lahan gambut atau rawa Kalimantan Selatan.
Konon, dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menikmati ketupat ini. Pasalnya, beras tersebut hanya panen sekali dalam setahun.
Beras Siam Unus memiliki ciri khas berupa teksturnya yang tidak pulen seperti beras dari Jawa. Beras ini memiliki tekstur pera dan berbutir-butir.
Belum lagi, aroma daun kelapa muda yang menempel pada ketupat menambah kekhasan tersendiri. Ketupat kandangan bukan sekadar kuliner biasa, melainkan perpaduan beras Siam Unus, tradisi turun-temurun, dan kearifan lokal masyarakat setempat.
Â
Penulis: Resla