Hari Dharma Samudera, Momen untuk Mengenang Pertempuran Laut Aru

Sebelum gugur, Komodor Yos Sudarso memberikan pesan heroik, “Kobarkan Semangat Pertempuran!". Pesan tersebut kemudian terus dipegang teguh dalam peringatan Hari Dharma Samudera setiap tahunnya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Jan 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2025, 10:00 WIB
upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera ke-60 di Geladak KRI Wahidin Sudirohusodo WSH - 991 (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
upacara tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera ke-60 di Geladak KRI Wahidin Sudirohusodo WSH - 991 (Dian Kurniawan/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Dharma Samudera diperingati setiap 15 Januari. Peringatan yang erat kaitannya dengan peristiwa Pertempuran Laut Aru ini dilaksanakan untuk mengingat tragedi yang terjadi Laut Arafuru atau Laut Aru pada 15 Januari 1962.

Mengutip dari berbagai sumber, pada 15 Januari 1962 terjadi pertempuran di Laut Arafuru Maluku. Pertempuran tersebut dilatarbelakangi oleh misi dalam mempertahankan wilayah Irian Barat.

Pertempuran terjadi ketika Presiden Soekarno memerintah Menteri atau Panglima Angkatan Laut Laksamana Raden Eddy Martadinata untuk melakukan infiltrasi ke wilayah Irian Barat.Perintah ini merupakan bagian dari amanat Soekarno pada 19 Desember 1961 yang disebut Tri Komando Rakyat (Trikora).

Salah satu amanat di dalamnya adalah amanat untuk mengibarkan bendera merah putih. "Kibarkan bendera Merah Putih di bumi Irian Barat", berikut bunyi amanat Soekarno dalam Trikora.

Perintah ini menyusui adanya sengketa antara Indonesia dan Belanda terkait kekuasaan di wilayah Irian Barat. Sengketa tersebut terjadi setelah berakhirnya Konferensi Meja Bundar (KMB).

Pemerintah Belanda terus mencoba mempertahankan Irian Barat, sementara Pemerintah Indonesia masih menemui jalan buntu untuk membawa persengketaan ini ke Sidang Umum PBB. Akhirnya, pemerintah Indonesiap pun melancarkan operasi senyap atau operasi rahasia bernama STC-9 (Satuan Tugas Khusus 9 Januari).

Pada 9 Januari 1962 malam, tiga kapal motor torpedo boat (MTB) yang bertugas telah bergerak meninggalkan pangkalannya di Tanjung Priok, Jakarta. Ketiganya yaitu KRI Harimau, KRI Matjan Tutul, dan KRI Matjan Kumbang.

KRI Harimau berada di depan dengan membawa Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Kemudian KRI Matjan Tutul dinaiki Komodor Yos Sudarso, sedangkan KRI Matjan Kumbang dipimpin Kapten Sidhoparomo.

Selama pelayaran, ketiga kapal berada pada kondisi Total Black Out dan Radio Silence. Bahkan, tak ada lampu penerangan yang dihidupkan.

Sayangnya, Belanda mengetahui rencana infiltrasi dalam operasi senyap tersebut. Ketiga KRI pun berpapasan dengan kapal perang Belanda dan pesawat tempurnya.

Seketika, perang di Laut Arafuru pada 15 Januari 1962 pun tak dapat dihindari. Kekuatan Angkatan Laut Indonesia yang tidak seimbang dengan kekuatan Belanda pun menyebabkan adanya korban gugur, yakni Komodor Yos Sudarso dan prajurit di KRI Macan Tutul.

Sebelum gugur, Komodor Yos Sudarso memberikan pesan heroik, “Kobarkan Semangat Pertempuran!". Pesan tersebut kemudian terus dipegang teguh dalam peringatan Hari Dharma Samudera setiap tahunnya.

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya