Liputan6.com, Yogyakarta - Film animasi domba putih bernama Shaun The Sheep tidak menggunakan bantuan komputer dalam pembuatannya. Serial televisi asal Inggris ini sepenuhnya menggunakan teknik stop motion dengan bahan tanah liat dan plastik.
Mengutip dari berbagai sumber, tim produksi Shaun the Sheep hanya mampu menghasilkan tujuh detik adegan dalam satu hari kerja. Proses pembuatan yang lambat ini terjadi karena setiap gerakan karakter harus diambil satu per satu melalui pemotretan. Satu detik adegan membutuhkan 25 foto berbeda.
Advertisement
Karakter-karakter dalam serial ini dibuat menggunakan kerangka logam yang dilapisi tanah liat dan plastik. Setiap karakter memiliki beberapa replika dengan ekspresi wajah berbeda.
Advertisement
Baca Juga
Tim pembuat harus mengganti kepala karakter sesuai ekspresi yang dibutuhkan dalam setiap adegan. Pembuatan satu episode Shaun the Sheep membutuhkan waktu hingga dua bulan.
Tim produksi bekerja di belasan set miniatur secara bersamaan untuk memenuhi jadwal penayangan. Setiap set dilengkapi dengan properti mungil yang dibuat khusus sesuai dengan kebutuhan cerita.
Metode pembuatan tradisional ini tetap dipertahankan meski memakan waktu lama. Teknik stop motion memberikan tekstur dan gerakan unik yang tidak bisa diduplikasi oleh animasi komputer.
Hal ini menjadi ciri khas yang membedakan Shaun the Sheep dengan serial animasi lainnya. Ketelitian dalam pengerjaan stop motion menghasilkan detail yang mengagumkan.
Penonton dapat melihat jejak jari pembuat di tanah liat, lipatan pada pakaian, hingga tekstur bulu domba yang realistis. Karakter-karakter tampak hidup meski terbuat dari benda mati.
Kesabaran dan ketelatenan tim produksi menghasilkan serial yang telah tayang di lebih dari 170 negara. Kesederhanaan bahan dan metode pembuatannya justru menghasilkan karya yang bernilai tinggi.
Â
Penulis: Ade Yofi Faidzun