Liputan6.com, Yogyakarta - Pernyataan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 pada pertengahan Februari lalu soal mobil nasional menurut Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) UGM, Jayan Sentanuhady memiliki beberapa tantangan. Jayan mengatakan tantangan itu diantaranya datang dari kondisi pasar mobil Indonesia dengan dominasi dari Jepang, Korea hingga China.
Pada tahun 2024 lalu penjualan mobil di Indonesia yang mencapai angka 850.000 unit menunjukkan bukti potensi pasar mobil nasional, namun melewati potensi itu harus melewati beberapa proses, salah satunya adalah dengan melakukan research and development (RnD) soal jenis mobil yang sesuai keinginan. Selain itu desain juga penting agar sesuai dengan keinginan masyarakat dalam diriset oleh universitas dan industri itu. “Umumnya masyarakat kerap memilih kendaraan berukuran kompak atau yang dapat memuat banyak penumpang,” jelas Jayan, Kamis 27 Februari 2025.
Advertisement
Baca Juga
Dalam membuat mobil nasional tantangan lainnya adalah para kompetitor menawarkan fitur yang beragam dengan harga terjangkau, salah satunya fitur keselamatan yang menjadi krusial. Jenis mesin dan elektrifikasi kendaraan bermotor juga menjadi aspek lain yang perlu diperhatikan. “Beberapa pabrikan kini berfokus pada mesin ramah lingkungan sehingga apabila mobnas dapat menghadirkan opsi ini tentunya jauh lebih baik,” tandasnya.
Ditambah saat proses produksi membuat mobil nasional tentu tidak secara langsung mengandalkan rakitan dan kandungan komponen dalam negeri. Setidaknya komponen awal dapat dipenuhi dari industri lokal seperti ban dan beberapa bagian lainnya.
Aspek konsumen menjadi tantangan lain dalam membuat mobil nasional, mulai dari masalah desain atau fitur, yaitu rasa cinta masyarakat terhadap produk lokal. Menurutnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal perlu ditingkatkan sehingga dapat mendorong kehadiran mobil nasional. Adanya mobil nasional ini masyarakat akan bangga, lalu aspek-aspek lainnya dapat ditingkatkan secara beriringan. “Mungkin memang ada beberapa tantangan, tetapi Vietnam sudah bisa membuktikan dengan mobnas mereka sendiri, Vinfast. Kita juga akan bisa dengan kemampuan yang kita punya,” tandas Jayan.
Mobil nasional di Indonesia memiliki sejarah panjang mulai dari Toyota Kijang, Timor dan Bimantara. Namun, produk ini turut gagal seiring dengan berakhirnya Orde Baru dan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang menyertainya. Jayan mencatat agar kegagalan- kegagalan itu tidak terulang kembali. “Pemerintah punya peran untuk memuluskan rencana ini, misalnya dengan regulasi, insentif, atau dengan kerja sama dengan sejumlah pabrikan. Namun, ini pun perlu dipastikan jalan tanpa kasus-kasus tidak mengenakkan seperti sebelumnya,” harapnya.