Bayar Utang, Pakuwon Jati Tawarkan Obligasi US$ 168 Juta

Dana hasil penawaran obligasi antara lain digunakan untuk refinancing dan modal kerja.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jul 2014, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2014, 12:00 WIB
Ilustrasi Obligasi
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), melalui anak usahanya Pakuwon Prima Pte Ltd menerbitkan surat utang/obligasi senilai US$ 168 juta atau sekitar Rp 1,99 triliun (memakai asumsi kurs Rp 11.854 per dolar Amerika Serikat/AS).

Mengutip keterangan yang diterbitkan, Jumat (4/7/2014), perusahaan properti ini akan menggunakan dana hasil penawaran obligasi untuk membayar pinjaman dan biaya akuisisi serta modal kerja.

Kupon bunga obligasi yang ditawarkan sebesar 7,125 persen dengan jatuh tempo pada 2019. Perseroan mencatatkan dan memperdagangan obligasi tersebut di bursa saham Singapura. Untuk menerbitkan obligasi, perseroan dan anak perusahaan memberikan jaminan perusahan.

Yang bertindak sebagai pembeli awal dalam penawaran obligasi ini antara lain Standard Chartered Bank, UBS AG, dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan yang bertindak sebagai wali amanat yaitu The Bank of New York Mellon. Moody's menempatkan rating B1 dengan outlook stabil untuk obligasi tersebut. Sedangkan Fitch Rating memberi peringkat B+.

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), total liabilitas perseroan mencapai Rp 5,12 triliun pada 31 Maret 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar Rp 5,19 triliun.  Ekuitas perseroan tercatat Rp 4,5 triliun pada 31 Maret 2014.

Analis PT Millenium Danatama, Desmon Silitonga menilai, kupon bunga yang ditawarkan 7,1% itu cukup wajar. Hal itu melihat obligasi yang mendapatkan peringkat B+ dari Fitch Rating dan B1 dari Moodys. Selain itu, penerbitan obligasi dolar ini cukup tepat mengingat biaya penerbitan obligasi dolar di luar negeri jauh lebih murah dibandingkan dalam negeri.

"Kalau melihat kupon obligasi di dalam negeri saja bisa sampai dua digit jadi lebih mahal," ujar Desmon, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Akan tetapi, hal yang perlu dicermati menurut Desmon yaitu gejolak nilai tukar rupiah. Hal tersebut dapat menganggu prospek obligasinya. "Bila pendapatan mereka kebanyakan rupiah maka bisa kena selisih kurs," kata Desmon.

Desmon menilai, penawaran obligasi perseroan akan diminati pelaku pasar. Mengingat hedge fund juga tertarik dengan obligasi berkupon tinggi. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya