Liputan6.com, Jakarta - Emiten atau perusahaan baru tercatat di pasar modal ada sebanyak 16 emiten. Jumlah ini memang di bawah target manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 25 emiten pada 2016.
Berdasarkan data BEI, total dana yang diraup dari hasil penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) dari 16 emiten sekitar Rp 12,10 triliun. Dari 16 emiten yang tercatat di pasar modal, saham PT Bintang Oto Global (BOGA) mencatatkan kenaikan hingga mencapai 278 persen dari harga IPO Rp 130 menjadi Rp 390 per saham pada perdagangan Rabu 28 Desember 2016.
Kemudian disusul saham PT Sillo Maritime Perdana Tbk melonjak 255 persen menjadi Rp 498 per saham dari harga IPO Rp 140 per saham. Selain itu, saham PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk naik 187 persen menjadi Rp 402 per saham dari harga IPO 140 per saham.
Baca Juga
Pada tahun 2016, saham Badan Usaha Milik Negara Tbk (BUMN) memang belum ada yang mencatatkan saham di BEI. Namun, salah satu anak usaha BUMN PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mencatatkan saham di pasar modal Indonesia. Saham WSBP naik 13,26 persen menjadi Rp 555 per saham dari harga Rp 490 per saham.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menilai sektor perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada 2016 ini cukup beragam mulai dari sektor telekomunikasi, infrastruktur, keuangan dan bank.
Meski demikian, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung positif sepanjang 2016 tidak serta merta diikuti saham IPO. Kinerja IHSG sendiri tumbuh 13,42 persen menjadi 5.209 pada perdagangan Rabu 28 Desember 2016.
Dari 16 saham IPO, ada sekitar lima emiten yang harga sahamnya cenderung merosot dari harga perdananya. Salah satunya saham PT Cikarang Listrindo Tbk yang turun 12,6 persen menjadi Rp 1.310 per saham dari harga IPO di kisaran Rp 1.500 per saham.
Aditya menilai ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja saham IPO tersebut antara lain penjamin emisi efek, pemilik perusahaan dan momen pencatatan saham. Ia mencontohkan, kinerja saham PT Cikarang Listrindo Tbk (PWOR) dan PT Prodia Widyahusada Tbk yang merosot dari harga IPO-nya. Hal itu lantaran dipengaruhi kondisi bisnis dan penjamin emisi efek.
"Sektor usaha Prodia memang bukan yang aneh tapi pelaku pasar masih menerka-nerka sektor usaha Prodia, serta bagaimana analis juga mengcover saham tersebut itu juga mempengaruhi likuiditas saham," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (29/12/2016).
Meski demikian, Aditya menilai tak selamanya saham IPO akan cenderung merosot. Hal itu asal ditunjang dari kinerja dan prospek bisnis ke depan.
"Kalau manajemen perusahaan itu dapat mendorong kinerja perusahaan menjadi bagus dan juga prospek usaha mendukung maka harga sahamnya akan naik, dan investor akan melihatnya," jelas dia.
Adapun saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang naik 13 persen dari harga IPO-nya, Aditya melihat hal itu lantaran pelaku pasar sudah mengetahui bisnis usaha yang dijalankan Waskita Beton Precast. Apalagi Waskita Beton juga merupakan anak usaha BUMN yang mendapatkan respons positif dari pasar.
Aditya pun optimisis IPO masih marak pada 2017. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan positif. Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen tahun depan. Fundamental ekonomi itu juga akan didukung dari inflasi yang terjaga dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap rendah.
"Setiap market bullish maka itu jadi peluang masuk ke pasar karena positif maka IPO juga bagus. Perusahaan juga bisa mendapatkan pendanaan dari pasar modal," tutur dia.
Advertisement
Kinerja 16 Saham Emiten yang Tercatat di Pasar Modal
Berikut kinerja saham 16 emiten yang tercatat di pasar modal Indonesia sepanjang 2016:
1. PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO)
Harga saham IPO Rp 132. Saham ARTO naik 21,21 persen menjadi Rp 160 per saham pada perdagangan 28 Desember 2016.
2. PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA)
Harga saham IPO Rp 185 per saham. Harga saham MTRA naik 60 persen menjadi Rp 296 per saham.
3. PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI)
Harga saham IPO Rp 750 per saham. Harga saham MARI naik 32,66 persen menjadi Rp 995 per saham.
4. PT Bank Ganesha Tbk (BGTG)
Harga saham IPO Rp 103 per saham. Saham BGTG turun 29,12 persen menjadi Rp 73 per saham.
5. PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR)
Harga saham IPO Rp 1.500 per saham. Harga saham POWR turun 12,6 persen menjadi Rp 1.310 per saham.
6. PT Sillo Maritime Perdana Tbk (SHIP)
Harga saham IPO Rp 140 per saham. Harga saham SHIP naik 255 persen menjadi Rp 498 per saham.
7. PT Duta Inti Daya Tbk (DAYA)
Harga IPO Rp 180 per saham. Harga saham DAYA naik 8,3 persen menjadi Rp 195 per saham.
8. PT Garaha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE)
Harga IPO Rp 140 per saham. Harga saham JGLE naik 187 persen menjadi Rp 402 per saham.
9. PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA)
Harga IPO Rp 270. Harga saham OASA naik 0,72 persen ke level Rp 280 per saham.
10. PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA)
Harga IPO Rp 130 per saham. Harga saham CASA naik 250,76 persen menjadi Rp 456 per saham.
11. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
Harga IPO Rp 490 per saham. Harga saham WSBP naik 13,26 persen menjadi Rp 555 per saham.
12. PT Indo Komoditi Korpora Tbk (INCF)
Harga saham naik 259 persen menjadi Rp 442 per saham.
13. PT Pramita Bangun Sarana Tbk (PBSA)
Harga IPO 1.350 per saham. Harga saham PBSA turun 4,44 persen menjadi Rp 1.290 per saham.
14. PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII)
Harga IPO Rp 1.100 per saham. Harga saham AGII turun 20 persen menjadi Rp 880 per saham.
15. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA)
Harga IPO Rp 6.500. Harga saham PRDA turun 16,15 persen persen persen menjadi Rp 5.450 per saham.
16. PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA)
Harga IPO Rp 103 per saham. Harga BOBA naik 278 persen menjadi Rp 390 per saham.
Â
Advertisement