Saratoga Bukukan Pendapatan Dividen Tertinggi di 2016

Adapun dividen interim yang dibagikan Saratoga untuk tahun buku 2016 sebesar Rp 165 miliar atau Rp 61 per lembar saham.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Mar 2017, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2017, 08:30 WIB
Ilustrasi Dividen
(Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta PT Saratoga Investama Sedaya Tbk membukukan rekor tertinggi pendapatan dividen sebesar Rp 622 miliar pada 2016. Adapun dividen interim yang dibagikan untuk tahun buku 2016 sebesar Rp 165 miliar atau Rp 61 per lembar saham.

Presiden Direktur Saratoga Michael WP Soeryadjaya menjelaskan bahwa rekor pendapatan dividen ini mencerminkan kinerja yang solid dari perusahaan-perusahaan investasi Saratoga, yang didukung kedisiplinan Saratoga dalam menerapkan strategi investasi secara keseluruhan yang mencakup investasi-tumbuh-monetisasi.

“Sebagai perusahaan investasi aktif, kami terus berusaha agar investasi-investasi kami dapat mencapai investasi siklus penuh(full-cycle investment) di mana kita tidak hanya berinvestasi, tetapi secara aktif terlibat dalam menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan untuk mencapai potensi  yang maksimal," kata Michael dalam keterangannya, Kamis (30/3/2017).

Kinerja Saratoga di tahun 2016 tercermin dalam investasinya di sektor sumber daya alam dan konsumer.

Di sektor sumber daya alam, kinerja PT Adaro Energy Tbk tercatat tumbuh berkat pemulihan harga batubara setelah mencapai titik terendah dalam 5 tahun dan penyelesaian pembiayaan (financial closure) dalam proyek pembangkit listrik Jawa Tengah dengan kapasitas 2 x 1.000 MW.

Di sektor konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk terus memperkuat kinerjanya, didorong oleh pertumbuhan pendapatan segmen pelanggan auto-parts serta distribusi dan ritel.

Kinerja Saratoga yang kuat sepanjang 2016 terdorong beberapa faktor,diantaranya penerapan standar akuntansi baru dan pendapatan dividen dari perusahaan-perusahaaninvestasi.

Pada 2016, dengan standar akuntansi yang baru, Saratoga berhasil membukukan pendapatan investasi sebesar Rp 6,34 triliun. Sebesar Rp 3,39 triliun diperoleh melalui one-off adjustments (penyesuaian sekali waktu), yang menandai transisi dari akuntansi ekuitas menjadi nilai wajar.

Selain itu, peningkatanh arga saham perusahaan-perusahaaninvestasi selama periode 2016 memberikan kontribusi Rp 2,94 triliun, yang terutama disebabkan peningkatan harga saham ADRO &MPMX.

Dari perubahan standar akuntansi, Saratogamencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,67 triliun dengan total aset Rp 25,1 triliun, naik 51 persen dibandingkan tahun 2015 senilai Rp 16,7 triliun.

Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo mengatakan bahwa pencapaian laba bersih pada tahun 2016 tidak dapat menjadi acuan kinerja perusahaan di masa depan, karena pendapatan investasi ini berasal dari one-off adjustments yaitu ketika perusahaan menerapkan standar akuntansi PSAK 65. 

Selain itu, pertumbuhan pendapatan investasi Saratoga juga akan bergantung pada perubahan harga saham dari perusahaan-perusahaan investasi di bursa efek.

“Kinerja Saratoga di masa depan akan didukung oleh kinerja perusahaan investasi kami. Kami percaya bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan peluang investasi yang terbuka di Indonesia, kami akan terus memberikan nilai tambah yang optimal bagi para pemangku kepentingan,” kata Jerry.

 


Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya