Liputan6.com, Jakarta Wall Street ditutup mendatar pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah keluarnya data produksi manufaktur, pembangunan perumahan dan penjualan ritel. Investor fokus kepada sentimen politik.
Mengutip Reuters, Rabu (17/5/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 2,19 poin atau 0,01 persen menjadi 20.979,75. S&P 500 juga tak banyak bergerak atau hanya melemah tipis 1,65 poin atau 0,07 persen menjadi 2.400,67.
Sedangkan Nasdaq Composite naik 20,20 poin atau 0,33 persen menjadi 6.169,87. Penguatan indeks ini masih karena dorongan dari saham-saham teknologi.
Advertisement
Produksi manufaktur Amerika Serikat (AS) pada April menunjukkan kenaikan terbesar dalam lebih dari tiga tahun. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di AS mengalami peningkatan di awal kuartal kedua ini. Namun berbeda, data lain yaitu pembangunan perumahan menunjukkan penurunan.
Di luar kedua data tersebut, pada akhir pekan lalu angka penjualan ritel juga sedikit melemah.
Baca Juga
Dengan keluarnya kedua data tersebut, investor di Wall Street sangat berhati-hati dalam bertransaksi karena terjadi perbedaan pandangan mengenai prospek ekonomi AS ke depan.
Selain itu, investor juga berhati-hati bertransaksi setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan informasi yang sangat rahasia kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengenai operasi militer ISIS.
"Sangat sedikit data ekonomi dan ada banyak sentimen politik," jelas analis Kingsview Asset Management, Chicago, AS, Paul Nolte.
"Data ekonomi yang ada merupakan kombinasi produksi industri yang lebih baik dari perkiraan tetapi diimbangi dengan kekhawatiran pelemahan ekonomi di masa depan karena penjualan ritel yang melemah," tambah Analis Edward Jones di St Louis, AS, Kate Warne.
Pada perdagangan sehari sebelumnya, sebagian besar indeks acuan di Wall Street bergerak menguat terdorong kenaikan saham-saham di sektor teknologi terutama saham-saham perusahaan antivirus pasca adanya serangan virus Ransomware WannaCry.
Soros Fund Management mengungkapkan bahwa pada Senin kemarin menambah kepemilikan saham di Microsoft hingga tiga kali kipat dan telah mendapat keuntungan dari fokus investor di sektor keamanan teknologi informasi.
"Banyak kekhawatiran mengenai keamanan cyber karena itu masih banyak investor yang percaya masyarakat akan meningkatkan sistem keamanan di komputer mereka," kata Warne. (Gdn/Ndw)