Senat Tunda Voting UU Kesehatan Bawa Wall Street Melemah

Patokan indeks S&P 500 membukukan penurunan satu hari terbesar dalam sekitar enam minggu yang ditutup pada titik terendah sejak 31 Mei.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Jun 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2017, 05:00 WIB
Wall Street
(Foto: Forbes)

Liputan6.com, New York Saham teknologi pada indeks Nasdaq pimpin pelemahan Wall Street pada penutupan perdagangan Selasa, usai program kesehatan AS kembali tertunda di tangan Senat. Penundaan ini membuat pertanyaan baru tentang agenda domestik Presiden Donald Trump.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 98,89 poin atau 0,46 persen menjadi 21.310,66. Sementara indeks S&P 500 susut 19,69 poin atau 0,81 persen ke posisi 2.419,38 dan Nasdaq Composite turun 100,53 poin atau 1,61 persen menjadi 6.146,62.

Patokan indeks S&P 500 membukukan penurunan satu hari terbesar dalam sekitar enam minggu yang ditutup pada titik terendah sejak 31 Mei.

Sektor saham teknologi membawa penurunan terbesar pada indeks S&P 500. Dengan saham Alfabet, induk Google turun 2,5 persen setelah regulator antimonopoli Uni Eropa menyerang perusahaan raksasa teknologi tersebut dengan denda US$ 2,7 miliar.

Nasdaq mengalami hari terburuk sejak 9 Juni yang menimbulkan pertanyaan tentang sektor ini.

Indeks utama memperpanjang kerugian setelah pemimpin Partai Senat AS A Mitch McConnell memutuskan untuk menunda pemungutan suara perihal Undang-Undang Kesehatan sampai setelah reses Senat pada 4 Juli.

Perundang-undangan perawatan kesehatan, yang menghadapi resistensi dari beberapa anggota Republikan, adalah agenda pertama kebijakan domestik Trump. Investor ingin agar Trump juga memfokuskan pada rencana lainnya seperti pemotongan pajak, pengeluaran infrastruktur dan deregulasi.

Janji Trump untuk menerapkan kebijakan domestik tersebut mendorong Wall Street menguat 13,1 persen terutama pada indeks S & P 500 sejak pemilihan 8 November.

"Pasar menyukai kepastian, dan sekarang ada ketidakpastian. Saya juga berpikir bahwa ketika pasar sampai pada tingkat tertentu, segala jenis ketidakpastian, terutama dalam hal apa pun yang berhubungan dengan pemerintah, akan memiliki dampak buruk," kata Peter Costa, Presiden Perusahaan Perdagangan Empire Executions di New York.

Sektor kesehatan turut melemah setelah berita tentang penundaan pemungutan suara, dengan berakhir turun 0,9 persen. Keuangan adalah satu-satunya sektor yang berakhir di wilayah positif, naik 0,5 persen.

Data menunjukkan kepercayaan konsumen untuk bulan Juni naik lebih dari yang diperkirakan, mendorong Fed untuk menaikkan suku bunga berikutnya pada tahun ini.

Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa Fed benar-benar berencana untuk menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini, karena kelemahan inflasi baru-baru ini kemungkinan bersifat sementara.

Ketua Federal Reserve A.S. Janet Yellen mengatakan bahwa dia tidak yakin akan ada krisis keuangan yang lain setidaknya selama dia ada, sebagian besar berkat reformasi sistem perbankan.

Investor bersiap untuk melihat laporan pendapatan perusahaan pada kuartal kedua. "Pada hasil pendapatan, pasar tampaknya dihargai sepenuhnya dan kita perlu melihat kebijakan fiskal, reformasi pajak dan peraturan, untuk mendorong pertumbuhan PDB dan kemudian harga saham," kata Ernie Cecilia, Kepala Investasi Bryn Mawr Trust di Bryn Mawr, Pennsylvania.

Simak video menarik berikut ini:

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya