Kekhawatiran Konflik Suriah Mereda, Wall Street Merangkak Naik

Konsentrasi pelaku pasar saat ini lebih kepada emiten pada kuartal pertama 2018 yang diperkirakan tumbuh kuat.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Apr 2018, 05:04 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 05:04 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) dengan pendorong utama adalah saham-saham di sektor teknologi dan kesehatan karena investor optimistis dengan laporan kinerja kuartalan. Kekhawatiran akan risiko geopolitik dengan adanya serangan rudal ke Suriah mulai mereda.

Mengutip Reuters, Selasa (17/4/2018), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 212,9 poin atau 0,87 persen menjadi 24.573,04. Indeks S&P 500 naik 21,54 poin atau 0,81 persen menjadi 2.677,84. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 49,64 poin atau 0,7 persen ke 7.156,29.

Amerika Serikat (AS) bersama beberapa negara barat lainnya melakukan serangan udara ke Suriah pada akhir pekan lalu. Serangan ini dilakukan karena adanya dugaan Suriah dan negara sekutunya yaitu Rusia menggunakan senjata kimia beracun untuk melawan pemberontak.

Kemungkinan besar Suriah dan juga Rusia juga akan mendapat sanksi ekonomi lanjutan atas perannya dalam konflik tersebut.

Dengan adanya ketegangan geopolitik tersebut, Wall Street tertekan pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun ternyata ketakutan dari investor akan adanya aksi balasan dari Rusia tidak terlihat hingga saat ini.

Oleh karena itu, di awal pekan ini bursa saham AS kembali menguat, "Kondisi geopolitik sudah mulai tenang," jelas chief investment strategist Inverness Counsel, New York, AS, Tim Ghriskey.

Konsentrasi pelaku pasar saat ini lebih kepada emiten pada kuartal pertama 2018 yang diperkirakan tumbuh kuat sehingga mendorong Wall Street terus berada di zona hijau.

"Hal ini menarik investor kembali masuk ke pasar dalam dalam jangka panjang," tambah dia.

 

Konflik Suriah

Damaskus
Tentara Suriah menembakkan rudal pencegat untuk menghalau serangan koalisi negara Barat di Damaskus, Sabtu (14/4). Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan rudal di Suriah sebagai pembalasan atas dugaan serangan kimia. (Handout/STR/SANA/AFP)

Untuk diketahui, bersama koalisi militernya, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris melancarkan serangan militer ke Suriah. Menurut Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tindakan ini dilakukan untuk merespons serangan senjata kimia di negara tersebut.

Dikutip dari laman BBC, pada Sabtu kemarin, kebenaran serangan militer itu disampaikan secara langsung oleh Trump lewat siaran televisi.

"Sebuah operasi gabungan bersama angkatan bersenjata Prancis dan Inggris tengah berlangsung saat ini," ujar Presiden Amerika Serikat tersebut.

Dalam pidatonya, Trump telah memberi persetujuan atas serangan militer di lokasi penyerangan senjata kimia di Suriah. Serangan ini dilancarkan sebagai balasan Amerika Serikat terhadap serangan senjata kimia di Douma pekan lalu, yang menurutnya dilakukan oleh pemerintah Suriah. Sejumlah ledakan pun dilaporkan telah terjadi di dekat ibu kota Suriah, Damaskus.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Theresa May membenarkan keterlibatan negaranya. "Tak ada alternatif praktis lainnya selain tindakan militer."

Meski demikian, Theresa May menegaskan bahwa serangan ini dilancarkan bukan dengan maksud mendesak pergantian rezim.

Presiden Trump mengatakan, serangan-serangan ini diarahkan pada sasaran terkait -- lokasi yang dinilai menjadi pusat kemampuan senjata kimia pemerintah Suriah.

Trump juga mengatakan, tujuan serangan militer ini dimaksud untuk membangun pencegahan terhadap produksi, penyebaran, hingga penggunaan senjata kimia.

Dikatakan oleh Trump, dugaan serangan kimia di Douma yang menurutnya dilancarkan oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad, bukanlah tindakan yang dilakukan oleh seorang lelaki, melainkan kejahatan yang dilakukan oleh monster.

Di lain sisi, Suriah membantah tuduhan telah melakukan serangan senjata kimia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya