Dua Saham BUMN Ini Cetak Penguatan Terbesar

Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) catatkan top gainers atau alami penguatan terbesar.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2019, 20:12 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2019, 20:12 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) catatkan top gainers atau alami penguatan terbesar pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

Berdasarkan data RTI, Kamis (31/1/2019), saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menguat 12,38 persen ke posisi 454 per saham. Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sempat berada di level terendah 404 dan tertinggi 464 per saham.

Total frekuensi perdagangan saham 9,025 kali dengan nilai transaksi Rp 102,6 miliar. Total volume perdagangan 2,3 miliar saham.

Sementara itu, saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menguat 8,33 persen ke posisi 1.625 per saham.

Saham SMBR sempat berada di level tertinggi 1.660 dan terendah 1.625 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 982 kali dengan nilai transaksi Rp 7,2 miliar.

Penguatan dua saham tersebut terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat. IHSG mendaki 1,06 persen ke posisi 6.532,96 per saham. Indeks saham LQ45 menanjak 1,51 persen ke posisi 1.038,97. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.

Sebanyak 231 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 174 saham melemah dan 125 saham di tempat. Pada Kamis pekan ini, total frekuensi perdagangan saham 505.444 kali dengan nilai transaksi Rp 28 triliun.

 

IHSG Menguat

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Kamis pekan ini. Aksi beli investor asing dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jadi katalis positif.

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (31/1/2019), IHSG melonjak 68,78 poin atau 1,06 persen ke posisi 6.532,96. Indeks saham LQ45 mendaki 1,51 persen ke posisi 1.038,97. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 231 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 174 saham melemah dan 124 saham diam di tempat.

Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.544,47 dan terendah 6.491,38.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 503.904 kali dengan volume perdagangan 23,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 27,8 triliun. Tingginya transaksi tersebut didorong saham PT Holcim Indonesia Tbk di pasar negosiasi yang mencapai Rp 13 triliun. Hal itu terkait akuisisi saham PT Holcim Indonesia Tbk oleh PT Semen Indonesia Tbk.

Investor asing beli saham Rp 1,46 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.973.

Sebagian besar sektor saham kompak menguat kecuali sektor saham pertanian turun 0,17 persen dan sektor saham industri dasar merosot 0,21 persen.

Sementara itu, sektor saham keuangan mendaki 1,73 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 1,68 persen dan sektor saham konstruksi naik 1,33 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham CSIS mendaki 24,73 persen ke posisi Rp 454 per saham, saham RIGS menguat 24,41 persen ke posisi 316 per saham, dan saham MBTO mendaki 18,06 persen ke posisi 1.700 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham FISH merosot 22,22 persen, saham KAEF tergelincir 10,06 persen ke posisi 2.950 per saham, dan saham SRAJ terpangkas 8,26 persen ke posisi 200 per saham.

Kepala Riset PT Samuel International, Harry Su menuturkan, penguatan IHSG didorong sentimen eksternal. Namun, penguatan IHSG tersebut hanya sementara.

IHSG menguat tersebut didorong dari bursa saham regional yang positif dan indeks Dow Jones naik 400 basis poin. Penguatan bursa global juga didorong dari langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve tahan suku bunga.

"Fed meeting, kelihatan mereka akan lebih sabar menaikkan suku bunga. Kalau tidak dinaikkan dolar AS melemah, rupiah menguat, jadi bagus buat market," ujar Harry saat dihubungi Liputan6.com, lewat pesan singkat.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya