Wall Street Melonjak karena Pertumbuhan Kasus Baru Corona di AS Menurun

Saham Boeing naik lebih dari 19 persen dan memimpin penguatan di indeks Dow Jones.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Apr 2020, 06:50 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2020, 06:50 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melonjak pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), berbalik arah dari penurunan yang cukup tajam pada perdagangan pekan sebelumnya. Pertumbuhan kasus Corona baru di AS yang melambat menjadi sentimen pendorong bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut.

Mengutip CNBC, Selasa (7/4/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 1.627,46 poin lebih tinggi atau naik 7 persen ke level 22.679,99. Untuk Indeks S&P 500 naik 7 persen menjadi 2.663,68. sementara Nasdaq Composite melonjak 7,3 persen menjadi 7.913,24.

Rata-rata indeks utama di Wall Street menguat ke level tertinggi di menit terakhir sesi, dengan Dow Jones secara singkat diperdagangkan lebih dari 1.700 poin lebih tinggi.

Saham Boeing naik lebih dari 19 persen dan memimpin penguatan di indeks Dow Jones. Raytheon Technologies, American Express dan Visa masing-masing naik lebih dari 11 persen.

Sedangkan kenaikan indeks S&P 500 dipimpin oleh sektor utilitas, kebijakan konsumen, dan teknologi, yang semuanya ditutup lebih dari 7 persen. Saham ritel seperti Nordstrom, Kohl dan Macy juga naik tajam.

Investor percaya diri didorong oleh data yang menunjukkan perlambatan dalam jumlah kasus virus Corona di AS. Meskipun masih dini untuk menyimpulkan terjadi penurunan tetapi diharapkan tren penurunan ini terus berlanjut.

Menurut data terbaru dari Johns Hopkins, ada sekitar 30.000 kasus baru pada Kamis pekan lalu, 32.100 kasus pada hari Jumat, 33.260 kasus pada hari Sabtu, dan kemudian melambat menjadi hanya 28.200 kasus baru pada hari Minggu.

Pemerintahan Trump mencatat pada hari Minggu ada tanda-tanda stabilisasi di rumah sakit. Hal tersebut membantu mengangkat sentimen Wall Street pada hari Senin.

Sementara itu, Negara Bagian New York melaporkan 594 kasus kematian akibat virus Corona pada hari Minggu. Sedangkan pada Sabtu tercatat 630 kasus. Artinya terdapat penurunan harian pertama dalam kematian terkait virus Corona. 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Napas Segar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Kepala analis Fundstrat Tom Lee menjelaskan, kasus infeksi baru dan kematian di New York kemungkinan terus melonjak. Namun melihat data terbaru ada nafas segar sehingga para pelaku pasar melakukan aksi beli.

Perlambatan tingkat kematian di Eropa juga memberikan harapan bahwa AS akan segera mencapai puncaknya dengan adanya langkah sosial untuk menjaga jarak.

Pekan lalu, rata-rata indeks utama di Wall Street mencatat penurunan. Dow Jones turun 2,7 persen. Sementara S&P 500 kehilangan 2,1 persen. Nasdaq Composite ditutup minggu lalu turun 1,7 persen.

Bursa saham jauh di level positif pasar karena kekhawatiran atas wabah Corona telah hampir membuat ekonomi global resesi dan telah mengurangi sentimen positid di pasar saham karena kemungkinan besar perusahaan sulit berkembang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya