Saham Batu Bara Kompak Menguat Tersengat Kenaikan HBA Februari 2021

Hingga penutupan perdagangan saham Jumat pekan ini, sejumlah saham emiten batu bara kompak menguat yang dipimpin oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2021, 12:58 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 11:51 WIB
Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut akhir pekan, saham batu bara kompak menguat. Hal ini seiring kabar harga batu bara acuan (HBA) pada Februari 2021 naik 15,7 persen menjadi USD 87,79 per ton dari bulan sebelumnya USD 75,84.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sentimen tersebut juga mendorong indeks sektor saham tambang naik 2,95 persen. Secara year to date, indeks sektor saham tambang menguat 3,83 persen hingga 5 Februari 2021.

Hingga penutupan perdagangan saham Jumat pekan ini, sejumlah saham emiten batu bara kompak menguat yang dipimpin oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Mengutip data RTI, saham BUMI melonjak 12,50 persen ke posisi Rp 63 per saham, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) naik 3,36 persen ke posisi Rp 23.100 per saham.

Lalu saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mendaki 3,92 persen ke posisi Rp 12.600 per saham.  Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 3,86 persen ke posisi Rp 1.210 per saham, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melejit 3,23 persen ke posisi Rp 2.560 per saham.

Selain itu, PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 2,31 persen ke posisi Rp 1.550 per saham. Saham PT Bayan Resources Tbk menguat 1,38 persen ke posisi Rp 14.700 per saham.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,73 persen ke posisi 6.151,72. Indeks saham LQ45 naik 0,45 persen ke posisi 953,57. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 307 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. 176 saham melemah dan 142 saham diam di tempat.

 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Harga Batu Bara Acuan Februari Naik

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Adapun harga batu bara acuan (HBA) pada Februari 2021 mengalami kenaikan seiring sentimen yang dibentuk oleh supercyle komoditas HBA Februari ditetapkan sebesar USD 87,79 per ton atau naik 15,7 persen dari bulan sebelumnya sebesar USD 75,84 per ton.

"Adanya sentimen commodity supercycle, antara lain kenaikan harga gas ikut memperkuat harga batubara," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 4 Februari 2021.

Sinyal supercycle ini, menurut Agung, diyakini akan terjadi pada 2021 pada berbagai komoditas terutama komoditas pertambangan. Salah satu pemicunya berasal dari suku bunga acuan yang rendah, dolar AS yang lemah hingga pertumbuhan ekonomi serta pembangunan infrastruktur di berbagai negara.

Selain faktor supercycle penyebab utama dari pendorong kenaikan HBA adalah melonjaknya permintaan impor dari Tiongkok.

"Suplai batu bara domestik (Tiongkok) tidak dapat memenuhi kebutuhan batubara pembangkit listrik," kata Agung.

Harga Batubara kembali pulih (rebound) dalam empat bulan terakhir setelah sepanjang 2020 mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19, yaitu Oktober 2020 (USD51/ton), November 2020 (USD55,71/ton), Desember 2020 (USD59,65/ton), dan Januari (USD75,84/ton).

"Selama empat bulan terakhir harga batu bara terus menuju ke level psikologis," ujar Agung.

Sebagai informasi, perubahan HBA diakibatkan juga oleh faktor turunan supply dan faktor turunan demand. Untuk faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Nantinya, HBA Februari ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya