Liputan6.com, Jakarta - Hadirnya kendaraan listrik dan investasi terkait baterai serta sollar cell membuat bisnis nikel diprediksi memiliki peluang berkembang di masa yang akan datang.Tak heran sejumlah emiten tambang mulai merambah bisnis ini.
Ada dua emiten nikel yang menjadi pilihan investor di Tanah Air, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Selain kedua perusahaan tersebut, ada juga emiten yang telah mengonfirmasi akan merambah ke bisnis nikel pada masa yang akan datang, berikut ulasannya.
Advertisement
Baca Juga
Terkenal sebagai emiten batu bara di Indonesia, PT Harum Energy Tbk (HRUM) menegaskan bila pihaknya akan berekspansi ke bisnis nikel.
Melalui PT Tanito Harum Nickel, perusahaan secara resmi membeli 24.287 saham Aquila Nickel Pte. Ltd. dalam PT Position atau perseroan terbatas berdasarkan hukum yang berlaku serta memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) khusus komoditas nikel.
Pembelian itu setara dengan 51 persen dari seluruh modal yang berada pada PT Position. Harga jual beli terkait kesepakatan ini mencapai USD 80,325 juta.
PT Harum Energy Tbk melalui subsidiarinya PT Tanito Harum Nickel telah membeli 259.603 lembar saham baru atau 24,5 persen dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh PT Infei Metal Industry (PT IMI) dengan harga jual beli sebesar USD 68,60 juta.
PT IMI adalah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia dan bergerak di bidang pemurnian nikel (smelter). Tujuan dari transaksi ini untuk mengembangkan kegiatan usaha hilir penambangan nikel milik perseroan ke tahap pengolahan sehingga meningkatkan nilai tambah. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi BEI, pada 22 Februari 2021.
Selain HRUM, PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI), perusahaan batu bara juga telah teken pembelian 70 persen saham PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara pada 15 Januari 2021.
Masing-masing nilai pembelian saham itu Rp 175 juta. Pembelian saham ini untuk persiapan ekspansi pada bisnis tambang nikel
“Karena transaksi tersebut bukan merupakan transaksi yang material, namun dalam rangka menjajaki atau ekspansi usaha pada bisnis nikel,” tulis Direktur PT Resource Alam Indonesia Tbk, Agoes Soegiarto dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, (BEI) pada 15 Januari 2021.
Selain itu, PT PP Presisi Tbk (PPRE) juga menegaskan bila pihaknya siap ekspansi ke sektor jasa pertambangan khususnya nikel. Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso yakin kontrak baru dari sektor nonkonstruksi mencapai 10,50 persen pada 2021.
"Setelah 10,50 persen dari total kontrak baru, ke depannya kita coba perbesar nonkonstruksi sehingga bisa di atas 50 persen. target kami saat ini masih imbang 50:50 untuk konstruksi dan nonkonstruksi," kata Benny.
Emiten dengan kode PPRE tersebut juga menyebut, tambang nikel yang tengah dibidik pihaknya berlokasi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Hal ini dinilai wajar karena potensi volume pekerjaan untuk tambang ini mencapai 2 hingga 4,5 juta ton setiap tahun.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Melihat Harga Nikel dan Kendaraan Listrik
Analis PT Kiwoom Securities, Sukarno Alatas menuturkan, beberapa emiten yang akuisisi perusahaan nikel karena melihat potensi untung dari hasil akuisisi tersebut. Hal ini mengingat salah satunya tren kenaikan harga nikel.
“Kemudian potensi permintaan dari produksi mobil listri juga menjadi alasan untuk akuisisi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (7/3/2021).
Sukarno melihat harga nikel masih memiliki tren naik. Hal ini seiring harapan pertumbuhan dalam penjualan kendaraan listrik yang semakin banyak menggunakan baterai dengan kandungan nikel lebih tinggi.
Adapun saham-saham yang dapat dicermati antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Advertisement