Liputan6.com, Jakarta - Dampak pandemi COVID-19 di dunia usaha membuat sebagian besar pengusaha mengalami penurunan penjualan. Dari data yang dibagikan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) diketahui penurunan penjualan mencapai 88 persen.
"Kalau kondisi dunia usaha pasca pandemi Covid-19, 88 persen mengalami penurunan penjualan. Dari penurunan tersebut 45 persen turun lebih dari 50 persen," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso secara virtual, Kamis (25/3/2021).
Baca Juga
Dalam pemaparannya, Sunarso juga menyebut, 90 persen mengalami penurunan laba usaha dan 70 persen harus hemat biaya operasional.
Advertisement
"Saat pandemi, untung itu nomor 2, yang pertama pokoknya selamat dulu," kata dia.
Selain itu, Sunarso menegaskan kredit modal kerja mengalami kontraksi yang sangat dalam karena turunnya kegiatan produksi secara signifikan akibat pandemi COVID-19.
"Tahun 2020 LDR (Loan to deposit ratio adalah rasio pinjaman terhadap simpanan) terendah selama 5 tahun," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Aset BRI pada 2020
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menjelaskan, sepanjang 2020, aset BRI tembus angka Rp 1.511 triliun. Sunarso mengakui, kondisi pandemi Covid-19 sangat menantang bagi perbankan termasuk BRI untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat.
"Aset BRI di tengah tantangan tumbuh 6,7 persen year on year, sehingga aset BRI Group tembus Rp 1.500 triliun, tepatnya di Rp 1.511 triliun," ujar Sunarso dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI secara daring, Selasa 2 Februari 2021.
Dirinya menjelaskan, nilai aset tersebut didominasi oleh kredit yang tumbuh 3,9 persen menjadi Rp 938 triliun. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara nasional kinerja perbankan mengalami kontraksi 2,42 persen.
Kendati, untuk himbara (Himpunan Bank Milik Negara) kinerjanya tumbuh 0,63 persen dengan kontribusi BRI sebesar 3,9 persen terhadap pertumbuhan tersebut.
"Lalu pendanaan tumbuh 9,8 persen. Seluruh aset itu kita kelola dengan hati-hati melalui program restrukturisasi sehingga menghasilkan NPL (Non Performing Loan) 2,99 persen, dan ini hal yang baik karena secara industri, per November 2020, NPL industri masih diatas 3 persen. NPL netto. BRI juga di bawah 1 persen yaitu 0,87 persen," jelas Sunarso.
Kemudian, porsi dana murah BRI tercatat mencapai 59,67 persen. Loan to Deposit Ration (LDR) BRI juga menyentuh angka 83,7 persen. "Ini mencerminkan kondisi likuiditas perbankan terutama BRI yang sangat baik dan sangat memungkinkan untuk tumbuh sepanjang loan-to-demand-nya ada," katanya.
Dengan berbagai indikator tersebut, laba perseroan masih dinyatakan positif meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tercatat, laba BRI di tahun 2020 turun 45,8 persen dari Rp 34,41 triliun menjadi Rp 18,66 triliun. Biaya operasional juga naik 82,4 persen.
"Kemudian, selain LDR kita 83,7 persen, rasio kecukupan modal BRI 21,17 persen dan ini juha memberi ruang untuk kita bisa tumbuh karena dicover permodalan yang memadai dan kuat," tutur Sunarso.
Advertisement