Alasan Bank Permata Bakal Gelar Rights Issue

PermataBank telah menyelesaikan proses integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia (BBI) pada 21 Desember 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mar 2021, 14:35 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2021, 14:34 WIB
PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)
PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan melakukan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue untuk konversi penempatan dana setoran modal Rp 10,8 triliun yang telah dilakukan pemegang saham pengendali Bank Permata Bangkok Bank PLC menjadi modal saham.

Penempatan dana setoran modal itu sudah dilakukan Bangkok Bank PLC pada Desember 2020.Saat ini, Bangkok Bank PLC memiliki 98,7 persen Bank Permata.  Direktur Keuangan PT Bank Permata Tbk Lea Setianti Kusumawijaya menuturkan, dana tambahan dari rights issue tidak akan signifikan.

"Bank Permata akan melakukan rights issue untuk mengkonversi penempatan dana setoran modal sebesar Rp 10,8 triliun yang telah dilakukan oleh Bangkok Bank PLC yang merupakan pemegang saham pengendali Bank Permata menjadi modal saham," ujar Lea, saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Sabtu (27/3/2021).

Lea menuturkan, dana tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan aset dan bisnis Bank Permata, serta memperkuat modal bank. Adapun rencana aksi korporasi itu akan dilakukan sebelum akhir Juni 2021.

Ia menambahkan, dengan modal kuat tentu Bank Permata akan terus mengembangkan skala bisnis, baik di segmen ritel dan korporasi, didukung dengan solusi perbankan digital yang terus disempurnakan untuk memenuhi kebutuhan nasabah."Hal ini tetap dilakukan secara pruden mengingat dampak pandemi COVID-19 masih belum berakhir," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kinerja Bank Permata

Bank Permata
Bank Permata

Sebelumnya, PermataBank telah menyelesaikan proses integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia (BBI) pada 21 Desember 2020.

Dengan proses tersebut telah menghantarkan PermataBank menjadi salah satu Bank BUKU IV berdasarkan surat konfirmasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 20 Januari 2021 dengan membukukan total modal Rp 43 triliun dan capital adequacy ratio (CAR) meningkat secara signifikan menjadi 35,7 persen.

Selain itu, perseroan membukukan pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar Rp 3,8 triliun atau meningkat 23,7 persen secara year on year dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 14,2 persen dan pendapatan non-bunga sebesar 16,1 persen secara YoY.

Pencapaian ini diikuti dengan perbaikan rasio marjin bunga (net interest margin/NIM) menjadi 4,7 persen, meningkat dari 4,4 persen pada periode sama tahun lalu sejalan dengan strategi bank mengelola struktur likuiditas secara optimal.

Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 58,7 persen, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 62,4 persen.

Rasio efisiensi tersebut didukung oleh penerapan digitalisasi dalam transaksi perbankan. Transaksi digital dari semua digital channel terutama PermataMobile X dan PermataNET mengalami pertumbuhan signifikan sebesar dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, sedangkan transaksi QR Pay melalui PermataMobile X mengalami pertumbuhan paling tinggi yang mencapai di atas 300 persen.

Untuk mendukung inklusi keuangan dan akselerasi digital guna membantu perekonomian Indonesia di masa pandemi, PermataBank juga telah memberikan layanan PermataQR bagi pelaku usaha terutama sektor UMKM agar dapat menerima pembayaran non tunai.

Digitalisasi juga terus dilakukan dalam pelayanan kantor cabang dengan semakinbertambahnya Model Branch sebagai salah satu upaya menghadirkan pengalaman perbankan yang seamless dalam pelayanan offline dan online.

Total penyaluran kredit tercatat sebesar Rp118 triliun, meningkat 9,2 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit ini didukung oleh pengalihan aset BBI melalui proses integrasi sebesar Rp17,3 Triliun.

 

 

Rasio Keuangan

PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)
PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)

Non-Performing Loan (NPL) Bank dapat dikelola dengan baik di level yang aman di tengah penurunan kualitas aset di industri perbankan Indonesia.

Rasio NPL gross tercatat sedikit meningkat ke level 2,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,8 persen dengan NPL net yang terjaga pada level 1,0 persen dibandingkan posisi Desember 2019 sebesar 1,3 persen.

Bank melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasikredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book.

Selama kuartal IV 2020, sejalan dengan arahan regulator program restrukturisasi dan relaksasi kredit terus dijalankan bagi nasabah yang terdampak COVID-19.

Hingga Desember 2020, sekitar 14 persen dari portofolio kredit yang diberikan mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi dimana sebagian besar telah diselesaikan.

Sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak COVID-19, PermataBank telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan sebesar Rp2,2 triliun dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portfolio kredit.

Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rasio NPL Coverage menjadi 239 persen pada akhir tahun 2020, lebih tinggi dibandingkan rasio tahun lalu sebesar 133 persen.

Likuiditas Bank terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 79 persen pada Desember 2020 dan rasio CASA meningkat menjadi 51,2 persen, meningkat 54 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total dana simpanan masyarakat tumbuh sebesar 18,4 persen yoy, kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk Giro sebesar 25,3 persen, diikuti oleh Tabungan dan Deposito masing-masing 13,5 persen dan 17,1 persen yoy.

Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Common Equity Tier 1 (CET-1) pada posisi Desember 2020 masing-masing sebesar 35,7 persen dan 26,9 persen meningkat dibandingkan 19,9 persen dan 18,7 persen pada periode yang sama tahun lalu, jauh di atas ketentuan modal minimum yang berlaku dan rata-rata CAR industri perbankan Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya