Indeks Nikkei Menguat Saat Mayoritas Bursa Asia Libur Peringati Jumat Agung

Penguatan indeks saham Jepang terjadi di tengah sebagian mayoritas bursa saham Asia tutup merayakan libur Jumat Agung.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 02 Apr 2021, 10:11 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2021, 10:08 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Jepang menguat pada perdagangan Jumat pagi (2/4/2021), setelah indeks saham S&P 500 cetak rekor di wall street. Penguatan indeks saham Jepang terjadi di tengah sebagian mayoritas bursa saham Asia tutup merayakan libur Jumat Agung.

Indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,21 persen pada perdagangan saham Jumat pagi. Saham Softbank melonjak lebih dari tiga persen. Indeks saham Topix menanjak 0,62 persen.

Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,92 persen. Bursa saham China juga menguat. Indeks saham Shenzhen naik 0,369 persen.

Sejumlah bursa saham di Australia, Hong Kong, India dan Singapura tutup untuk rayakan libur Jumat Agung. Demikian juga di Amerika Serikat dan Inggris juga tutup karena libur Jumat Agung.

Di bursa saham Amerika Serikat pada penutupan perdagangan Rabu, indeks saham S&P 500 sentuh 4.000 untuk pertama kali dan naik 1,18 persen ke posisi 4.019,87.

Indeks saham Nasdaq menguat 1,76 persen ke posisi 13.480,11. Indeks saham Dow Jones menguat naik 171,66 poin ke posisi 33.153,21. Indeks saham dolar AS berada di posisi 92,92. Sementara itu, yen Jepang diperdagangkan di kisaran 110,64 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Wall Street Perkasa

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 1 April 2021. Indeks saham S&P mencapai posisi 4.000 untuk pertama kali setelah Presiden AS Joe Biden meluncurkan rencana program infrastrukturnya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 naik 1,2 persen ke posisi 4.019,87. Indeks saham Dow Jones menanjak 171,66 poin atau 0,5 persen menjadi 33.153,21. Indeks saham Nasdaq menguat 1,8 persen menjadi 13.480,11. Saham Alphabet dan Netflix melonjak lebih dari tiga persen. Sementara itu, saham Amazon dan Microsoft naik lebih dari dua persen.

Saham Microsoft menguat setelah mengumumkan akan mengirim lebih dari 120.000 perangkat headset augmented reality HoloLens kepada Angkatan Darat AS. Kontrak tersebut senilai USD 21,9 miliar selama 10 tahun.

Saham teknologi memimpin kenaikan seiring imbal hasil obligasi melemah dari level tertinggi baru-baru ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun 7 poin menjadi 1,68 persen. Imbal hasil obligasi mencapai level tertinggi 14 bulan sekitar 1,77 persen pada pekan lalu.

Pergerakan saham terjadi setelah Biden memperkenalkan proposal infrastruktur bernilai jutaan dolar AS. Rencana tersebut mencakup pengeluaran untuk jalan, jembatan, energi hijau, dan peningkatan sistem air. Hal ini menandai dorongan belanja besar kedua dari Presiden AS Joe Biden setelah dia teken tagihan bantuan dan stimulus USD 1,9 triliun pada 11 Maret 2021.

"Pembukaan kembali ekonomi AS terus mendukung pasar saham karena cahaya di ujung terowongan semakin dekat. Dukungan kebijakan fiskal dan moneter tetap belum pernah terjadi sebelumnya dan tersebar dengan baik pada saat ini,” ujar Technical Market Strategist Piper Sandler, Craig Johnson, dilansir dari CNBC, Jumat, (2/4/2021).

Rencana yang diuraikan Biden pada Rabu, 31 Maret 2021 mencakup sekitar USD 2 triliun untuk pengeluaran selama delapan tahun dan akan menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 28 persen untuk mendanainya.

Namun, pelaku pasar di Wall Street khawatir pajak yang lebih tinggi dapat menimbulkan ancaman bagi kenaikan pendapatan dan harga saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya