Vaccitech Plc, Perusahaan Rintisan di Balik Vaksin AstraZeneca Bakal IPO di AS

Selain vaksin untuk penyakit menular, dana IPO Vaccitech Plc akan digunakan untuk mengembangkan pengobatan bagi virus hepatitis B, human papiloma virus, dan kanker prostat.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 10 Apr 2021, 17:28 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2021, 17:28 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Perusahaan yang didirikan oleh ilmuwan Universitas Oxford untuk merancang vaksin yang dikembangkan bersama AstraZeneca Plc akan mulai menjual penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Amerika Serikat.

Seperti dilansir Yahoo Finance, Sabtu (10/4/2021), Vaccitech Plc resmi didirikan oleh profesor Oxford Adrian Hill dan Sarah Gilbert. Dalam penawaran ini, perusahaan ingin mengumpulkan dana hingga USD 100 juta atau sekitar Rp 1,46 triliun (asumsi kurs Rp 14.612 per dollar AS) dengan menjual saham kepada investor, menurut pengajuan IPO yang dilakukan Jumat 9 April 2021.

Selain vaksin untuk penyakit menular, dana yang didapatkan akan digunakan untuk mengembangkan pengobatan bagi virus hepatitis B, human papiloma virus, dan kanker prostat.

Sebelumnya, perusahaan mengembangkan vaksin untuk mencegah penularan virus COVID-19. Hal ini menempatkan ilmuwan Oxford, bersama dengan pengembang vaksin di seluruh dunia, dalam sorotan.

Telah menciptakan vaksin, para ilmuan menjadi kunci untuk menghentikan pandemi di seluruh dunia. Vaksin dinilai sebagai alat akurat karena harganya yang murah, dan kemudahan penyimpanannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Morgan Stanley Jadi Penjamin Emisi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Meski telah berusaha untuk menjual sahamnya di AS, vaksin tersebut belum diserahkan untuk izin darurat, dan harus bersaing dengan tiga perusahaan lain yang telah mendapatkan izin untuk bersaing dalam inokulasi. 

Oleh karena itu, vaksin Oxford-AstraZeneca mengalami kemunduran di AS karena beberapa negara lain telah diizinkan untuk digunakan.

Pejabat kesehatan mencermati, vaksin  dikaitkan dengan bentuk pembekuan darah langka yang mungkin terjadi ketika sistem kekebalan menyerang dan menargetkan trombosit darah tubuh. Pengajuan tersebut mencatat Oxford setuju untuk melepaskan bagian royalti sampai periode pandemi berakhir.

"Kami tidak berharap untuk menerima bagian dari penjualan bersih vaksin sampai pandemi berakhir, sebagaimana ditentukan dengan itikad baik oleh AstraZeneca,” kata perusahaan.

Dalam keterangannya, penjamin emisi dari penawaran tersebut termasuk Morgan Stanley & Co., Jeffries LLC, Barclays Capital Inc., William Blair & Co., dan HC Wainwright & Co.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya