Wall Street Kompak Menghijau, Indeks Saham S&P 500 Naik 1 Persen

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones naik 227,59 poin atau 0,7 persen menjadi 34.043,49.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Apr 2021, 05:53 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2021, 05:53 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham, Jumat, 23 April 2021. Penguatan wall street terjadi di tengah pelaku pasar menilai kembali kekhawatiran yang timbul dari berita Gedung Putih dapat mengupayakan kenaikan pajak capital gain.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones naik 227,59 poin atau 0,7 persen menjadi 34.043,49. Hal itu dipicu lonjakan saham Goldman Sachs dan JP Morgan.

Indeks saham S&P 500 naik 1,1 persen menjadi 4.180,17 dipimpin sektor saham keuangan dan material. Indeks saham Nasdaq menguat 1,4 persen menjadi 14.016,81.

Pada pekan ini, indeks saham  S&P 500 melemah 0,1 persen. Indeks saham Dpw Jones dan Nasdaq masing-masing turun 0,5 persen dan 0,3 persen pada pekan ini.

Wall street keluar dari sesi perdagangan saham yang bergejolak pada Kamis, 22 April 2021 setelah sejumlah berita melaporkan Presiden AS Joe Biden mengusulkan pajak capital gain yang jauh lebih tinggi bagi orang kaya.

Bloomberg melaporkan Biden berencana menaikkan pajak capitan gain hingga 43,4 persen untuk orang kaya AS.  Proposal tersebut akan menaikkan tingkat capital gain menjadi 39,6 persen bagi mereka yang berpenghasilan USD 1 juta atau lebih, dari sebelumnya 20 persen.

Hal ini berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut. Reuters dan New York Times pun melaporkan berita serupa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

RUU Pajak Dapat Hadapi Tantangan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Namun, dengan kontrol mayoritas sempit dari Partai Demokrat di Kongres, RUU pajak seperti ini dapat menghadapi tantangan. Banyak pelaku di wall street percaya peningkatan yang tidak terlalu dramatis lebih mungkin terjadi.

"Kami berharap Kongres akan mengesahkan versi yang diperkecil dari kenaikan pajak ini. Kami berharap Kongres akan menetapkan kenaikan yang lebih sederhana, berpotensi sekitar 28 persen,” tulis Ekonom Goldman Sachs dalam sebuah catatan dilansir dari CNBC, Sabtu (24/4/2021).

Berdasarkan data UBS, investor domestik kena pajak hanya memiliki sekitar 25 persen di pasar saham AS. Sisanya dimiliki dalam akun yang tidak dikenakan pajak capital gain seperti dana pensiun, dana abadi dan investor asing. Dengan demikian, dampak pada harga saham secara keseluruhan harus dibatasi bahkan dengan tarif pajak yang lebih tinggi.

"Kami mengharapkan investor yang tidak terpengaruh oleh proposal ini untuk turun tangan dan mengambil keuntungan dari harga lebih rendah,” kata UBS Strategist dalam sebuah catatan.

Gerak Saham

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Saham Intel turun lebih dari lima persen setelah mengeluarkan panduan pendapatan kuartal II di bawah harapan analis. Saham American Express turun lebih dari empat persen setelah perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan yang sedikit di bawah perkiraan.

Saham Snap melonjak 7,5 persen setelah perusahaan melihat percepatan pertumbuhan pendapatan dan jumlah pengguna yang kuat selama kuartal I 2021. Pendapatan Snap tercatat USD 770 juta.

Sebagian besar perusahaan telah berhasil mengalahkan perkiraan wall street sejauh ini terkait musim laba. Namun, hasil kuartal I yang kuat telah disambut dengan respons yang lebih hangat dari investor.  

Para ahli menyebutkan, valuasi sudah tinggi dan hampir mencapai rekor tertinggi pada indeks saham S&P 500 dan Dow Jones telah menahan antusiasme pelaku pasar. Akan tetapi, indeks saham berada satu persen dari posisi tertinggi sepanjang masa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya