Simak Susunan Direksi dan Komisaris Terbaru Bank Permata

Meski keputusan sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, pengangkatan Suwatchai Songwanich secara efektif sejak 5 Mei 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 07 Mei 2021, 13:51 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 13:51 WIB
Bank Permata
Bank Permata

Liputan6.com, Jakarta - Resmi mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), pada 1 Desember 2020, PT Bank Permata Tbk (BNLI) menyetujui perubahan susunan pengurus perseroan.

Dengan memperhatikan keputusan RUPSLB dan salinan keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan tanggal 17 Desember 2020 Nomor 106/KDK.03/2020 tentang hasil penilaian kemampuan dan kepatutan Suwatchai Songwanich selaku Direktur Risiko PT Bank Permata Tbk resmi berganti jabatan menjadi Direktur Perseroan PT Bank Permata Tbk.

Meski keputusan sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, pengangkatan Suwatchai Songwanich secara efektif sejak 5 Mei 2021. Dengan demikian, susunan pengurus Bank Permata berubah menjadi sebagai berikut dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ditulis Jumat, (7/5/2021):

Komisaris Utama: Chartsiri Sophonpanich

Komisaris : Chong Toh

Komisaris : Chalit Tayjasanant

Komisaris : Niramarn Laisathit

Komisaris Independen : Haryanto Sahari

Komisaris Independen : Rahmat Waluyanto

Komisaris Independen : Goei Siauw Hong

Komisaris Independen : Yap Tjay Soen

Direksi :

Direktur Utama : Chalit Tayjasanant

Direktur : Abdy Dharma Salimin

Direktur : Lea Setianti Kusumawijaya

Direktur : Darwin Wibowo

Direktur Kepatuhan : Dhien Tjahajani

Direktur Unit Usaha Syariah : Herwin Bustaman

Direktur : Djumariah Tenteram

Direktur : Dayan Sadikin

Direktur : Suwatchai Sngwanich

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rencana Rights Issue

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan menggelar penawaran umum terbatas IX (PUT IX) dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 88 miliar saham kelas B dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan dengan nilai nominal Rp 125.

Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) menyatakan selaku pemegang 27.681.421.384 lembar saham atau 98,71 persen saham perseroan, Bangkok Bank akan melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya.

Sehubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan haknya, Bangkok Bank telah menyetorkan Rp 10,82 triliun pada 21 Desember 2020 yang diperhitungkan sebagai dana setoran modal perseroan. Hal ini sesuai dengan surat OJK Nomor S-100/PB.33/2020 pada 23 Desember 2020 perihal pencatatan dana setoran modal dan additional tier-1 sebagai modal inti utama PT Bank Permata Tbk serta penggunaannya.

Dana hasil rights issue akan digunakan membiayai peningkatan kredit dan aset produktif lainnya untuk mengembangkan usaha.

Kinerja Kuartal I 2021

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Lukas Blazek)

Mengutip keterangan tertulis, PT Bank Permata Tbk mencatat kinerja positif sepanjang kuartal I 2021. PT Bank Permata Tbk mencatat laba setelah pajak meningkat signifikan menjadi Rp 494 miliar pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2 miliar.

Pendapatan operasional tercatat tumbuh 14,1 persen secara year on year (YoY) atau Rp 2,4 triliun pada kuartal I 2021. Hal Ini sejalan dengan pertumbuhan aset dan bisnis bank setelah penyelesaian integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia pada Desember 2020.

Perseroan mencatat pertumbuhan aset 21,5 persen yoy menjadi Rp 203,5 triliun. Hal ini membawa menjadi salah satu 10 bank komersial terbesar di Indonesia berdasarkan total aset.

Selain itu, penyaluran kredit tumbuh 6,6 persen yoy menjadi sebesar Rp.117,7 triliun terutama didorong oleh pertumbuhan kredit pada segmen Wholesale Banking sebesar 28,7 persen yoy dan kredit KPR 15,5 persen yoy.

Selain itu, perseroan tetap menerapkan manajemen biaya operasional secara optimal tercermin dari perbaikan rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi sebesar 82,3 persen atau membaik 11,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 94 persen.  

Perseroan juga memastikan kecukupan pencadangan kerugian penurunan nilai secara pruden untuk mengantisipasi potensi kerugian mengingat dampak pandemi COVID-19 yang masih berlanjut di tahun berjalan.

Rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran yang cukup konservatif yaitu 246 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 152 persen.   Walaupun demikian, dengan perbaikan kualitas asset yang terjadi selama periode berjalan, jumlah biaya penyisihan penurunan nilai kredit turun sebesar 34 persen menjadi Rp 420 miliar pada kuartal I 2021. 

Di tengah dampak pandemi yang cukup signifikan terhadap rasio NPL industri perbankan, Bank Permata menjaga rasio NPL gross dan NPL net masing-masing pada level 2,9 persen dan 1 persen, lebih baik dibandingan dengan periode yang sama tahun lalu masing-masing pada level 3,2 persen dan 1,2 persen. 

Perbaikan NPL akan terus dicapai dengan adanya restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book.

Posisi likuiditas Bank terjaga kuat yang tercermin pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 77 persen pada akhir Maret 2021, turun dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang sebesar 80 persen.  

Hal ini dikontribusikan antara lain oleh peningkatan simpanan nasabah yang tumbuh sebesar 12,2 persen yoy dengan rasio CASA sebesar 54 persen, menguat di bandingkan posisi Desember 2020 sebesar 51 persen.  

Bank akan terus berfokus untuk mempercepat laju pertumbuhan kredit, sejalan dengan pemulihan perekonomian yang diharapkan dapat direalisasikan dengan penyelesaian program vaksinasi nasional.

Rasio permodalan Bank terjaga kuat sejak penyelesaian integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia di bulan Desember 2020, sebagaimana tercermin pada rasio CAR dan CET-1 pada posisi akhir Maret 2021 masing-masing sebesar 35,2 persen dan 26,6 persen, meningkat dibandingkan 19,6 persen dan 18,4 persen per posisi Maret 2020.  Pencapaian ini jauh di atas ketentuan minimum regulator ataupun rasio CAR rata-rata industri perbankan Indonesia. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya