Jajal Bisnis Baru, NFC Indonesia Siapkan Belanja Modal Rp 100 Miliar

Head of Investor Relations NFC Indonesia, Stanley Tjiandra menuturkan, Perseroan menyiapkan belanja modal hingga Rp 100 miliar pada 2021. Untuk apa saja?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Jun 2021, 21:11 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 20:40 WIB
Ilustrasi Mata Uang Rupiah
Ilustrasi Mata Uang Rupiah. Kredit: Mohamad Trilaksono (EmAji) via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) memantapkan langkahnya untuk menjajaki lini bisnis baru yakni kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).

Sejalan dengan kondisi kas perseroan yang kuat, Head of Investor Relations NFC Indonesia, Stanley Tjiandra menuturkan, Perseroan menyiapkan belanja modal hingga Rp 100 miliar pada 2021.

"Dengan posisi net cash kita sekitar Rp 192 miliar, ini cukup untuk besar untuk melakukan pengembangan. Untuk 2021, anggaran belanja investasi dan belanja modal antara Rp 40 miliar - Rp 100 miliar," kata dia dalam paparan publik, Kamis (10/6/2021).

Stanley mengatakan, belanja modal itu sudah termasuk untuk penembanngan EV. Namun, ia masih enggan menjelaskan rincian berapa yang akan dialokasikan untuk proyek tersebut. Selain itu, belanja modal juga akan digunakan untuk mengembangkan lini bisnis yang ada yakni periklanan digital dan digital product aggregator.

Digital Product Aggregator yang pada 2020 lalu menjadi penyumbang terbesar pendapatan Perseroan. Yakni sebesar  Rp 7,49 triliun dari total pendapatan tahun lalu sebesar Rp 7,6 triliun.

Stanley Tjiandra mengatakan, Perseroan membidik pertumbuhan member dari Digital Product Aggregator yang semula tercatat sebanyak 135,349, menjadi 190 ribu memberi di tahun ini.

"Dari operasional matrix, kalau kita bicara jumlah member di 2020 sekitar 135 ribu mungkin di 2021 kita target antara 180 ribu sampai 190 ribu member. Itu yang kita harapkan bisa ditorehkan di 2021,” kata dia.

Sementara, dari sisi Digital Cloud Advertising, NFC Indonesia membidik pertumbuhan hingga 25 ribu screens, atau sekitar 60 persen secara tahunan (yoy).

"Untuk digital advertising di 2020 sekitar 15.100 screen. Kita masih bisa bertumbuh sekitar minimal 24-25 ribu screen kita dapet ya, atau 60 persen yoy,” ujar Stanley.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur NFCX Abraham Theofilus mengaku optimistis pada prospek bisnis baru Perseroan di sektor EV melalui kerja sama bersama PT SiCepat Expres Indonesia (SiCepat) membentuk perusahaan patungan bernama PT Energi Selalu Baru (ESB). 

"Pembentukan JV (joint venture) ESB, kami yakin bahwa bisnis itu akan ada imbas positif baik untuk kinerja bisnis ataupun yang lain," kata Abraham.

Adapun ESB juga akan memiliki saham mayoritas di perusahaan manufaktur kendaraan listrik, yakni PT Volta Indonesia Semesta (Volta), sebuah Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dari EV.

Dengan demikian, Perseroan bisa memanfaatkan jaringan yang dimiliki Volta sebagai distributor baterai listrik dan pemasarannya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ekspansi Garap Kendaraan Listrik

Sebelumnya, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) baru mengumumkan kerja sama bersama PT SiCepat Expres Indonesia (SiCepat) membentuk perusahaan patungan bernama PT Energi Selalu Baru (ESB). Perusahan tersebut bergerak di bidang distribusi sepeda motor listrik (electronic vehicle/EV), penukaran baterai dan berbagai layanan pendukungnya.

"Jadi kemarin, 9 Juni 2021, kita mengumumkan salah satu inisiatif Perseroan yang baru yaitu electric vehicle atau kendaraan listrik. ESB ini berfokus pada distribusi motor listrik, penyewaan baterai dan juga jasa servis lainnya terkait EV," kata Presiden Direktur NFCX Abraham Theofilus dalam paparan publik insidentil, Kamis (10/6/2021).

Dalam proyek ini, terdapat entitas lain yang bergabung secara minoritas yaitu PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS). PErusahaan-perusahaan itu akan memiliki saham minoritas di ESB dengan menyediakan dukungan komersial, infrastruktur, serta ekosistem.

"Mereka akan membantu menyediakan jasa marketing dan infrastruktur dan juga mensupport melalui ekosistem yang mereka miliki,” kata Abraham.

Selanjutnya, ESB juga akan memiliki saham mayoritas di perusahaan manufaktur kendaraan listrik, yakni PT Volta Indonesia Semesta (Volta), sebuah Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dari EV.

"ESB sendiri bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dan asimilasi penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dengan menyediakan distribusi sepeda motor listrik yang mulus dan pertukaran baterai yang diberdayakan oleh platform digital dan teknologi Internet-of-Things (IoT)," ujar Abraham.

Dalam paparannya, Abraham memproyeksikan potensi dari bisnis ini dapat mencapai 150 ribu motor per tahun. Adapun Perseroan menargetkan terbentuknya B2B, B2G, dan B2C market.

Abraham menyebutkan ada sejumlah potensi bisnis model kendaraan listrik ke depan. Di antaranya, jual beli kendaraan, jual beli baterai dan suku cadang, sewa kendaraan ataupun sewa baterai, hingga kombinasi jual beli dan sewa.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya