Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merevisi target penyaluran kredit pada 2021. Dari semula di kisaran 6-9 persen, dipangkas menjadi 5-7 persen.
Hal itu sejalan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memangkas proyeksi pertumbuhan kredit nasional dari 7 persen menjadi 6 persen.
Padahal, Direktur Utama PT BNI Tbk, Royke Tumilaar menyampaikan, sampai paruh pertama tahun ini, pertumbuhan kredit BNI sudah mencapai 4,5 persen yoy, atau Rp 569,7 triliun pada posisi Juni 2021.
Advertisement
"Kalau lihat sampai kuartal II-2021, kredit BNI tumbuh 4,5 persen. Padahal industri cuma tumbuh 0,4 persen. Di sini memang kita lihat ada beberapa faktor yang harus dilihat. Walaupun kita yakin bahwa di semester II ini masih ada ruang untuk tumbuh,” kata Royke dalam paparan publik Bank BNI, Senin (16/8/2021).
“Dalam penyampaian ke OJK, kami sudah revisi yang tadinya kami targetkan di kisaran 6-9 persen, mungkin kita koreksi jadi 5-7 persen untuk ekspansi ke depan,” Royke menambahkan.
Dana pihak ketiga (DPK) juga diperkirakan tumbuh pada kisaran low to mid single digit hingga akhir tahun. Royke mengatakan, hal itu didukung oleh pertumbuhan CASA yang kuat.
"CASA mudah mudahan bisa dijaga di kisaran 65-68 persen walaupun sekarang sudah 69,6 persen melalui peningkatan fitur-fitur di BNI mobile banking maupun e-channel lainnya sebagai driver untuk pertumbuhan dana murah,” ujar Royke.
Dari sisi laba BNI hingga akhir tahun ditargetkan di kisaran Rp 9-9,5 triliun. Hingga paruh pertama tahun ini, Perseroan sudah berhasil mengantongi laba Rp 5 triliun.
"Laba BNI target di kisaran Rp 9-9,5 triliun. Di mana saat ini on track seperti sebelum pandemi. Target NPL tahun ini juga kisaran di di bawah 4 persen dengan coverage ratio yang cukup,” pungkasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Transformasi Digital
Transformasi digital yang dilakukan oleh Perseroan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar bank yang kini tengah berusaha memasuki dunia perbankan digital.
BNI mengkombinasikan dua dunia pada layanan perbankan yang saat ini ada, yaitu Konvensional Bank dan industri Financial Technology. Sebagai bank konvensional, BNI kini memiliki akses ke public funding, memiliki nasabah loyal, telah mengembangkan produk dan jasa keuangan, setiap simpanan dijamin sesuai dengan aturan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan memiliki ruang untuk terus menurunkan cost of fund, pada kuartal II 2021 menjadi 1,6 persen
Di sisi lain, BNI juga berkolaborasi dengan Fintech yang tangkas dalam beradaptasi terhadap perubahan baru, menguasai ekosistem berbasis online, mampu beroperasi dengan biaya yang efisien dan dapat diautomatisasi, serta sangat akrab dengan layanan yang diharapkan oleh kaum milenial.
Perpaduan tersebut menjadikan BNI sebagai pemimpin dalam layanan ekosistem perbankan terbuka atau API. Hingga Juni 2021 sudah membuahkan 283 jenis layanan, atau terbanyak dibandingkan bank – bank lain, dan digunakan oleh 3.000 klien, termasuk Perusahaan Fintech maupun E-commerce.
Selain BNI Open API, BNI juga mengembangkan Layanan Cash Management melalui BNI Direct, serta Financial Supply Chain Management yang sama – sama dapat digunakan untuk melayani nasabah Perusahaan, bisnis, fintech dan e-commerce.
Layanan digital unggulan ini banyak disukai karena memberikan manfaat pengelolaan keuangan yang lengkap, mulai dari payment management; collection management; liquidity management; hingga penyajian informasi rekening, dan pelaporan.
Ragam manfaat ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 16,4 persen year on year atau sebanyak 68.229 perusahaan pada Juni 2021, nilai transaksi yang meningkat 10,8 persen year on year atau senilai Rp 2.030 triliun, dan jumlah transaksi yang juga tumbuh 175,6 persen year on year menjadi sebanyak 214 juta transaksi.
Produk digital unggulan lainnya adalah BNI Mobile Banking yang tumbuh sangat pesat menjadi layanan pilihan utama nasabah ritel.
Indikasinya terlihat pada jumlah pengguna yang meningkat 56,8 persen YoY atau sebanyak 9,29 juta menyusul pandemi yang mendorong orang untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah, work from home, serta bertransaksi secara online.
Demikian juga dengan nilai transaksi yang meningkat 31,8 persen YoY atau sebesar Rp 287 triliun. Begitu juga dengan jumlah transaksi yang meningkat 54,2 persen YoY atau sebanyak 204 juta transaksi.
Advertisement
Gerak Saham BNI
Pada penutupan perdagangan saham Senin, saham BBNI turun tipis 0,49 persen ke posisi Rp 5.075 per saham. Saham BBNI dibuka naik 50 poin ke posisi Rp 5.150. Saham BBNI ditransaksikan 1.819 kali dengan volume perdagangan 55.868. Nilai transaksi Rp 28,3 miliar.