Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah merampungkan aksi rights issue dan meraup sekitar Rp 96 triliun. Dana yang diperoleh dari aksi tersebut utamanya akan dialokasikan untuk pembentukan Holding Ultra Mikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM.
Sehubungan dengan itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen mengingatkan kepada holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ultra mikro (holding ultra mikro) untuk mengelola transaksi dengan penuh kehati-hatian. Hal ini mengingat dengan model bisnis yang baru maka akan banyak terjadi transaksi afiliasi.
"Saya mengingatkan, terutama untuk BRI, PMN dan Pegadian, karena saya lihat dari bisnis modelnya akan banyak sekali terjadi transaksi afiliasi,” ujar dia dalam IDX Opening Bell: Rights Issue BRI, Rabu (29/9/2021).
Advertisement
Baca Juga
Hoesen menuturkan, transaksi afiliasi tersebut meliputi transaksi yang cukup material dan transaksi yang memiliki benturan kepentingan. Di sisi lain, ia juga mendengar harapan BUMN ke depan yang akan menjadi lebih profesional dan dikembangkan menjadi seperti korporasi. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap governence dan manajemen risiko.
"Jadi sekarang pun kami di OJK, framework pengawasan kita itu tidak hanya bertumpu pada kesehatan. Jadi terbukti bahwa yang bisa berlangsung dengan jangka panjang itu adalah complience dengan risk management,” kata dia.
“Pertumbuhan kadang-kadang tiap tahun bisa naik bisa turun. Tetapi kalau kita mau jalan jauh ya memang harus bicara governance dan risk management, di samping bicara masalah performance financial,” ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kembangkan Ekosistem Mikro
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) telah menyelesaikan rights issue. Dalam aksi tersebut, BBRI melepas 28.213.191.604 saham baru atau 28,21 miliar saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Jumlah saham tersebut sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah rights issue. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi menyebut aksi ini sebagai sejarah baru di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Rights issue ini mencatatkan sejarah baru dalam pasar modal Indonesia. Di mana dengan jumlah saham yang telah di exercise mencapai 28,2 miliar saham dan nilai transaksi mencapai Rp 96 triliun," kata Inarno dalam IDX Opening Bell : Right Issue BRI, Rabu (29/9/2021).
Inarno mengungkapkan, rights issue yang dilakukan oleh BRI tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia dan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Serta menduduki peringkat tiga tertinggi di Asia dan masuk tujuh besar di seluruh dunia sejak 2009.
"Ini tentunya suatu pencapaian yang sangat membanggakan terutama di tengah kondisi yang menantang akibat pandemi COVID-19,” kata dia.
Dia menuturkan, hal itu membuktikan, antusiasme masih sangat tinggi dari para investor, baik asing maupun lokal serta merupakan bukti dunia luar masih percaya akan prospek ekonomi Indonesia saat ini.
“Semoga dengan dana yang dihimpun dari rights issue ini perseroan dapat lebih mengembangkan ekosistem mikro untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan demi mencapai kesejahteraan bersama,” imbuhnya.
Advertisement
Jaga Kinerja
Inarno menambahkan, kesuksesan rights issue BBRI tak lepas dari upaya dan kerja keras Perseroan dalam menjaga kinerja dan fundamental perusahaan.
Saham BBRI merupakan saham dengan kinerja luar biasa yang selalu masuk dalam konstituen indeks LQ45 sejak Februari 2005.
Inarno membeberkan, saham BBRI juga termasuk dalam kategori perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilai.
Dengan ada rights issue ini, serta potensi bisnis yang besar karena terdorong holding BUMN Ultra mikro, Inarno mengatakan saham BBRI akan bertambah menarik dan meningkatkan optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI.
"Semoga PT Bank Rakyat Indonesia terus sukses dan inovatif sehingga membuat pasar modal Indonesia semakin atraktif,” pungkasnya.