Wall Street Menguat, Investor Respons Positif Solusi Plafon Utang AS

Wall Street menguat pada perdagangan Kamis, 7 Oktober 2021 waktu setempat didorong saham teknologi.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Okt 2021, 06:38 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2021, 06:38 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 7 Oktober 2021. Hal ini seiring anggota parlemen mencapai kesepakatan untuk meningkatkan plafon utang dalam jangka pendek menurut Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 337,95 poin atau 1 persen menjadi 34.754,94. Kenaikan indeks Dow Jones didorong penguatan saham Visa, Nike, dan Home Depot.

Indeks S&P 500 menguat 0,8 persen menjadi 4.399,76. Indeks Nasdaq menanjak hampir 1,1 persen menjadi 14.654,02. Indeks acuan menguat pada pekan ini.

Wall street mencapai level tertinggi pada sesi ini seiring Schumer mengumumkan mengenai berita kompromi plafon utang akan hindari default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pemerintah AS berupaya mencapai kesepakatan plafon utang telah menjadi hambatan bagi pasar pada pekan ini. Hal ini seiring berharap untuk hindari default pemerintah.

Schumer menuturkan, anggota parlemen mencapai kesepakatan tentang kenaikan plafon utang jangka pendek yang diharapkan akan disahkan pada Kamis nanti. Kesepakatan itu akan memperpanjang plafon utang hingga awal Desember.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Saham Teknologi Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Saham menguat pada Kamis pekan ini didorong saham teknologi dan pembukaan kembali ekonomi. Saham Twitter naik hampir 4,4 persen, Nvidia menguat 1,8 persen dan AMD menanjak 2,7 persen.

Sementara itu, saham pembukaan kembali juga menguat. Saham General Motors naik sekitar 4,7 persen. Saham Costco bertambah 0,8 persen setelah melaporkan penjualan September yang lebih baik dari perkiraan.

Indeks saham kapitalisasi kecil Russell 2000 naik 1,5 persen pada Kamis pekan ini. Klaim pengangguran mingguan turun tajam pada pekan lalu juga membantu sentimen seiring peningkatan tunjangan pengangguran yang berakhir.

Pengajual awal untuk tunjangan pengangguran mencapai 326.000 untuk pekan yang berakhir 2 Oktober 2021 di bawah perkiraan ekonom dari survei yang dilakukan Dow Jones 345.000. Realisasi ini turun dari 364.000 pada minggu sebelumnya.


Investor Menanti Laporan Data Tenaga Kerja

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Optimisme tentang kesepakatan utang dimulai pada Rabu mendorong saham untuk membalikkan arah penurunannya. Indeks Dow Jones membalik penurunan 459 poin dan berakhir lebih dari 100 poin lebih tinggi. Indeks S7P 500 naik 0,4 persen setelah turun 1,27 persen. Indeks Nasdaq menguat 0,5 persen setelah susut 1,2 persen.

Oktober telah menjadi bulan yang sangat bergejolak didorong ketidakpastian tentang kebijakan fiskal dan moneter Amerika Serikat (AS) serta kendala rantai pasokan.

Pasar mungkin juga melangkah ringan menuju musim pendapatan kuartal III yang dimulai pekan depan. Investor sedang menanti laporan tenaga kerja yang diawasi ketat pada Jumat pekan ini.

Data dipantau oleh the Federal Reserve karena mempertimbangkan kapan harus kembali menarik langkah-langkah stimulus pandemi daruratnya, meski bank sentral akan segera menghentikan program pembelian obligasi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya