Analis Paparkan Prospek IPO Mitratel

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) melepas sebanyak-banyaknya 25,5 miliar saham atau setara 29,85 persen dalam rangka IPO

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Nov 2021, 20:27 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2021, 20:27 WIB
IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Dalam aksi tersebut, Mitratel melepas sebanyak-banyaknya 25,5 miliar saham atau setara 29,85 persen dengan harga IPO berkisar Rp 775-975 per saham.

Dengan demikian, Perseroan berpotensi meraih dana hingga Rp 24,9 triliun, terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Analis Verdana Nomura, Raymond Kosasih dalam risetnya menilai, IPO Mitratel bisa menjadi peluang investasi bagi investor.

Ia menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40-50 persen. Ditambah dengan keterbatasan jumlah spektrum/frekuensi, sehingga kebutuhan menara akan tetap tinggi pada masa mendatang.

“Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk rendah dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India,” ujar dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Senin (1/10/2021).

Ia menambahkan, ratio populasi per menara di Indonesia juga tercatat masih termasuk yang tinggi. Yakni di kisaran 2,250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2,100. Hal inilah yang dilihat Raymond sebagai peluang bagi Mitratel.

Kendati mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, perseroan tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai tenant. Baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan atau co-location (co-lo).

Di sisi lain, operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan co-location di menara-menara milik Mitratel. Sebagai bukti, Raymond menuturkan, atas menara-menara yang dimiliki oleh Mitratel dari 2010 memiliki rasio co-lo di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011, dan seterusnya.

"Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi operator-operator selain Telkomsel untuk menjadi tenant di menara-menara milik Mitratel," kata Raymond.

Pertama, Mitratel termasuk perusahaan menara yang sudah memiliki rekam jejak (track record) yang sangat bagus.

Kedua, harga sewa yang ditawarkan sesuai harga pasar. Mengenai kekhawatiran pasar atas independensi dalam penempatan perangkat dari operator pesaing di menara-menara Mitratel, Raymond melihat bahwa itu kurang tepat.

Dia menuturkan, jika Mitratel tidak membuka menara-menara tersebut, cepat atau lambat perusahaan menara pesaing Mitratel akan mendirikan menara-menara di lokasi yang dibutuhkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ada Ruang Pertumbuhan

Tower telekomunikasi
Menara telekomunikasi Mitratel (Foto: Mitratel).

Sementara itu, Research Analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam keterangannya menyebutkan, industri tower masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup baik. Apalagi sebentar lagi Indonesia akan memasuki era teknologi 5G.

"Saya melihat pilihan terbaik bagi Mitratel untuk dapat tumbuh dengan baik ke depan adalah dengan menjaga independensinya, yang artinya harus melayani kebutuhan seluruh operator seluler dengan sama baiknya,” ujar Hans.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya