Bakal Akuisisi Tambang di Australia, Saham DSSA Melambung 20 Persen

Saham DSSA melonjak 20 persen ke posisi Rp 40.800 per saham pada penutupan sesi pertama.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Nov 2021, 13:26 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 13:26 WIB
IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Petugas Dinas Pertamanan berdiri dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Nilai tukar rupiah berada di level 14.152 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menguat signifikan hingga penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (9/11/2021). Penguatan saham DSSA terjadi usai anak usaha perseroan akan akuisisi tambang di Australia.

Mengutip data RTI, saham DSSA melonjak 20 persen ke posisi Rp 40.800 per saham pada penutupan sesi pertama. Saham DSSA dibuka naik 200 poin ke posisi Rp 34.200. Saham DSSA berada di level tertinggi Rp 40.800 dan terendah Rp 34.200 per saham. Total frekuensi perdagangan 29 kali dengan volume perdagangan 52. Nilai transaksi harian Rp 207,4 juta.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,28 persen ke posisi 6.650,57. Indeks LQ45 turun 0,08 persen ke posisi 949,76. Sebagian besar indeks acuan bervariasi.

Sebelumnya, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melalui entitas anak, Stanmore Resources Limited pada Senin 8 November 2021, teken perjanjian jual beli dengan BHP Minerals Pty Ltd (BHP).

Stanmore Resources Limited (Stanmore) merupakan perusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan hukum negara Australia yang merupakan entitas anak tidak langsung Perseroan.

Sekretaris Perusahaan Dian Swastatika Sentosa, Susan Chandra menuturkan, penandatanganan transaksi jual beli tersebut sehubungan dengan rencana perolehan 80 persen kepentingan ekonomi yang dimiliki BHP pada BHP Mitsui Coal Pty Ltd (BMC) melalui akuisisi seluruh saham Dampier Coal (Qld) Pty Ltd (Dampier Coal), oleh Stanmore SMC Holdings Pty Ltd (SMC) yang merupakan entitas anak Stanmore.

Pembayaran atas rencana transaksi akan dilakukan secara bertahap dengan tiga ketentuan. Pertama, sebesar USD 1,1 miliar jatuh tempo saat penyelesaian rencana transaksi. Kemudian, sebesar USD 100 juta jatuh tempo enam bulan setelah penyelesaian rencana transaksi.

Ketinga, maksimum hingga USD 150 juta berdasarkan mekanisme bagi hasil atas pendapatan. Jika harga jual rata-rata berada di atas ambang tertentu selama periode dua tahun, jatuh tempo dalam waktu tiga bulan setelah akhir periode pengujian (diperkirakan tahun 2024).

Adapun harga pembelian akan tunduk pada penyesuaian lazimnya saat penyelesaian rencana transaksi. Total pembelian tambang tersebut USD 1,35 miliar atau sekitar Rp 19,25 triliun (asumsi kurs Rp 14.259 per dolar AS).

"Lebih lanjut, penyelesaian rencana transaksi diperkirakan akan terlaksana pada pertengahan tahun 2022, yang mana penyelesaiannya masih tunduk pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan,” ujar Susan dalam keterbukaan informasi Bursa, Senin, 8 November 2021.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produksi Batu Bara

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

BMC memiliki tambang aset batu bara metalurgi yang terletak di Queensland, Australia. Terdiri dari South Walker Creek dan tambang Poitrel, dengan total produksi batu bara metalurgi sekitar 10 Mt per tahun dan total cadangan sebanyak 171 Mt, serta proyek batu bara Wards Well yang belum dikembangkan.

"Perseroan berharap dengan terealisasinya rencana transaksi ini, Perseroan melalui entitas anak, akan memperkuat posisinya sebagai salah satu pelaku bisnis dalam usaha batu bara metalurgi di wilayah Asia dan Oseania yang selanjutnya dapat memberikan dampak positif bagi para pemegang saham,” pungkas Susan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya