Hartadinata Abadi Kantongi Penjualan Rp 5,23 Triliun pada 2021, Ini Pendorongnya

PT Hartadinata Abadi Tbk membukukan penjualan bersih Rp 5,23 triliun pada 2021. Penjualan bersih tersebut naik 26,5 persen dibandingkan 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2022, 12:44 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2022, 12:30 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan selama 2021. Hal ini ditopang kenaikan penjualan dan laba bersih pada 2021.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Hartadinata Abadi Tbk membukukan penjualan bersih Rp 5,23 triliun pada 2021. Penjualan bersih tersebut naik 26,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 4,13 triliun.

Kontribusi penjualan perseroan dari penjualan perhiasan dan logam mulia secara grosir naik 25,73 persen dari Rp 3,77 triliun pada 2020 menjadi Rp 4,74 triliun pada 2021. Penjualan dari toko bertambah 30,33 persen menjadi Rp 427,87 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 328,29 miliar.

Beban pokok penjualan naik 25,51 persen menjadi Rp 4,66 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,71 triliun.

Dengan demikian, perseroan mencatat laba bruto melambung 35,77 persen dari Rp 421,69 miliar pada 2020 menjadi Rp 572,57 miliar pada 2021. Perseroan menekan beban penjualan dari Rp 13,26 miliar pada 2020 menjadi Rp 11,55 miliar pada 2021.

Namun, beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 135,30 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 52,93 miliar.

Penghasilan keuanagn susut dari Rp 3,75 miliar pada 2020 menjadi Rp 819,35 juta pada 2021. Beban keuangan bertambah menjadi Rp 150,91 miliar pada 2021 dari 2020 sebesar Rp 114,08 miliar.

PT Hartadinata Abadi Tbk membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk bertambah 13,3 persen menjadi Rp 193,97 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 171,17 miliar.

Melihat kondisi tersebut, laba per saham naik menjadi Rp 42,12 pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 37,17.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ekuitas

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
Ilustrasi laporan keuangan

Total ekuitas naik menjadi Rp 1,51 triliun pada 2021 dari 2020 sebesar Rp 1,35 triliun. Total liabilitas bertambah menjadi Rp 1,96 triliun pada 2021 dar periode sama tahun sebelumnya Rp 1,47 triliun.

Aset perseroan naik menjadi Rp 3,47 triliun pada 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 2,83 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 62,47 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 50,40 miliar.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 28 April 2022, saham HRTA stagnan Rp 210 per saham. Saham HRTA berada di level tertinggi Rp 214 dan terendah Rp 210 per saham. Total frekuensi perdagangan 409 kali dengan volume perdagangan 48.016. Nilai transaksi Rp 1 miliar.

Sepanjang 2022, saham HRTA melemah tipis 0,94 persen ke posisi Rp 210 per saham. Saham HRTA berada di level tertinggi Rp 226 dan terendah Rp 200 per saham.

Total volume perdagangan 432.948.500 saham dengan nilai transaksi Rp 91,7 miliar. Total frekuensi perdagangan 35.636 kali.

Kantongi Pinjaman dari Bank Woori

Ilustrasi pinjaman (Foto: Unsplash/Scott Graham)
Ilustrasi pinjaman

Sebelumnya, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) telah melakukan penandatanganan perjanjian kredit dengan Bank Woori pada 17 Maret 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (22/3/2022), PT Hartadinata Abadi Tbk menandatangani perjanjian kredit dengan PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk atau Bank Woori untuk fasilitas kreidt senilai Rp 150 miliar. Fasilitas pinjaman itu untuk modal kerja dengan jangka waktu satu tahun. Kredit tersebut bersifat revolving dan memiliki suku bunga sembilan persen.

"Penggunaan dana dari perjanjian ini akan digunakan oleh perseroan untuk tambahan modal kerja perseroan,” tulis Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk, Sandra Sunanto dalam keterbukaan informasi BEI.

Adapun transaksi itu tidak termasuk transaksi material oleh karena nilai transaksi itu tidak mencapai 20 persen dari ekuitas perseroan.

"Dampak kejadian, informasi atau fakta material yang diungkapkan oleh perseroan ini akan memberikan dampak positif dan menjaga kesinambungan terhadap kegiatan operasional perseroan keseluruhan,” tulis Sandra.

PT Hartadinata Abadi Tbk dengan Bank Woori tidak terdapat hubungan afiliasi dan benturan kepentingan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal.

Oleh karena itu, pelaksanaan transaksi ini bukan merupakan transaksi afiliasi dan mengandung benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam POJK Nomor 42/POJK.04/2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan.

Harga Emas Topang Penjualan

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi laporan keuangan

Sebelumnya, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) emiten bergerak di industri manufaktur dan perdagangan perhiasan emas membidik pertumbuhan penjualan Rp 7 triliun-Rp 8 triliun pada 2022. Hal ini didukung dari kenaikan harga emas dan kerja sama dengan anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Di tengah sentimen invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong kenaikan harga emas. Harga emas sempat sentuh di atas USD 2.000 per ounce secara intraday. Namun, harga emas dunia melemah pada Jumat, 11 Maret 2022. Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen ke posisi USD 1.991,20 per ounce. Namun, secara mingguan, harga emas naik 1,2 persen. Harga emas berjangka Amerika Serikat susut 0,1 persen ke posisi USD 1.997,70.

Direktur Investor Relation PT Hartadinata Abadi Tbk, Thendra Crisnanda menuturkan, berdasarkan prediksi Goldman Sachs, harga emas berpotensi meningkat ke level USD 2.150 per troy ounce pada 2022. Thendra menuturkan, kenaikan harga emas ikut menopang kenaikan harga rata-rata penjualan perseroan.

Selain itu, perseroan juga bekerja sama dengan anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menawarkan produk emas batangan (fine gold) dengan merek EmasKita dan perhiasan dengan kadar 99,99 persen merek Kencana.

Perseroan pun membidik penjualan tumbuh 40-60 persen pada 2022. Thendra menuturkan, secara segmen kontribusi produk, kerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk bakal berkontribusi sekitar 40 persen-50 persen terhadap total penjualan konsolidasi pada 2022.

Selain itu, ia menuturkan, bisnis gadai juga akan tumbuh baik pada 2022. Thendra mengungkapkan bisnis gadai memberikan tingkat gross margin lebih tinggi hingga mencapai 20 persen dibandingkan bisnis perdagangan perhiasan emas yang memiliki gross margin rata-rata sekitar 9-10 persen.

"Hartadinata Abadi menargetkan pertumbuhan nilai penjualan 40-60 persen pada angka Rp 7 triliun-Rp 8 triliun pada 2022," ujar Thendra saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Sabtu (12/3/2022).

Harga emas naik, menurut Thendra, minat masyarakat justru meningkat untuk membeli emas.

“Minat masyarakat terhadap pembelian emas kami nilai semakin meningkat di tengah ketidakpastian baik dari ancaman inflasi dan ketegangan geopolitik,” ujar dia.

Thendra menambahkan, masyarakat Indonesia masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap emas sebagai safe haven atau aset lindung nilai yang terbaik saat ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya