Saratoga Kantongi Pendapatan Dividen Rp 1,4 Triliun pada Semester I 2022

Sejumlah langkah telah dilakukan Saratoga untuk mengoptimalkan peluang-peluang investasi di masa depan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 30 Jul 2022, 07:42 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2022, 07:42 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Liputan6.com, Jakarta - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mengoptimalkan pertumbuhan investasi seiring dengan pemulihan ekonomi. Hingga semester I 2022, Saratoga telah meraih pendapatan dividen sebesar Rp 1,4 triliun, naik 58 persen dibandingkan Rp 866 miliar pada semester I 2021.

Pendapatan dividen tersebut terutama dikontribusikan oleh PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Sementara, kenaikan nilai portofolio investasi mendorong Net Asset Value (NAV) Saratoga mencapai Rp 60 triliun, atau tumbuh 29 persen dibandingkan periode yang sama 2021 senilai Rp 46,5 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaja menjelaskan, pertumbuhan NAV yang konsisten menjadi salah satu indikasi keberhasilan Perseroan dalam menjalankan strategi investasi di tengah berbagai situasi.

Perseroan menyatakan, kinerja positif perusahaan portofolio yang sejalan dengan pemulihan ekonomi juga menunjukkan investasi Saratoga memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami percaya bahwa ruang pertumbuhan bisnis portofolio Saratoga masih terbuka lebar, sehingga nilai investasi Perseroan akan terus meningkat. Saratoga juga akan melanjutkan investasi pada aset-aset di sektor strategis yang berdampak luas bagi kebangkitan ekonomi bangsa," ujar Michael melalui keterangan resmi, Jumat, 29 Juli 2022.

Sejumlah langkah telah dilakukan Saratoga untuk mengoptimalkan peluang-peluang investasi di masa depan. Di antaranya, Saratoga divestasi 3 persen saham Perseroan di PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) senilai Rp 2,2 triliun kepada Digital Bersama Infrastruktur Asia Pte. Ltd (BDIA).

Divestasi saham tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi internal yang dilakukan Saratoga bersama dengan Provident Group untuk memperkuat strategi investasi di sektor infrastruktur digital seperti menara telekomunikasi, fiber optic, dan data center.

Setelah divestasi saham TBIG, Saratoga saat ini memiliki 35,2 persen saham BDIA dan 9,3 persen saham TBIG melalui anak usaha yang dimiliki penuh.

“Divestasi saham TBIG ke BDIA bertujuan memperkuat strategi dan eksekusi dari setiap rencana investasi Saratoga, termasuk bekerjasama dengan mitra-mitra baru. Sebagai bagian dari restruktruisasi, kami berhasil menandatangani kerjasama dengan Macquarie Asset Management sebagai mitra strategis di BDIA,” kata Michael.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Portofolio Investasi

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengungkapkan, hingga semester I 2022 Saratoga telah melakukan beberapa investasi baru untuk memperluas portofolionya.

Seperti pendanaan terhadap AtriaDC, perusahaan penyedia layanan data center ramah lingkungan yang berlokasi di dalam kota.

Investasi Saratoga pada AtriaDC ini merupakan bentuk komitmen dan dukungan terhadap percepatan digitalisasi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Saratoga juga melakukan investasi baru pada Forest Carbon, perusahaan pengembang proyek karbon premium yang berdiri pada tahun 2012. Forest Carbon melestarikan hutan dan lahan basah, melindungi keanekaragaman hayati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk hidup sejahtera.

Aktivitas tersebut menghasilkan kredit karbon yang dapat digunakan perusahaan-perusahaan global ternama untuk turut berpartisipasi dalam mendukung usaha pencegahan perubahan iklim global.

Bisnis kredit karbon menjadi salah satu industri baru yang potensial mengingat Indonesia memiliki cadangan karbon yang sangat besar, termasuk di dalamnya kaya akan hutan hujan tropis (rainforest) dan lahan basah yang penting, di mana wilayah Indonesia mencakup sepertiga luasan lahan gambut dunia.

 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Selanjutnya

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Proyek-proyek Forest Carbon sukses merestorasi lahan gambut, melindungi spesies yang terancam punah termasuk harimau Sumatera, dan mendukung masyarakat lokal dengan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Melindungi dan melestarikan alam Indonesia menjadi investasi penting bagi Saratoga untuk memberikan dampak sekaligus membantu dalam memitigasi perubahan iklim,” ujar Devin.

Devin menegaskan, investasi Saratoga tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, disiplin, terukur dan efisien. Hal ini tercermin dari rasio biaya operasional tahunan terhadap NAV hanya sebesar 0,3 persen dan rasio pinjaman bersih terhadap NAV hanya 0,5 persen.

Sampai akhir semester I, posisi utang bersih Saratoga sebesar Rp 296 miliar, berkurang jauh dibandingkan akhir kuartal I 2022 sebesar Rp3 triliun. Berkat efisiensi Perseroan dan kinerja positif portofolio investasi, Saratoga berhasil memperkuat posisi keuangan pada semester I 2022.

“Efisiensi biaya operasional dan beban pinjaman ini juga menjadi bagian dari strategi investasi yang dilakukan Saratoga. Dengan posisi utang saat ini, secara fundamental Saratoga memiliki kemampuan yang semakin kuat dalam menjalankan investasi di masa yang akan datang,” pungkasnya.

Saratoga Investama Lepas 1,77 Miliar Saham PALM

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melalui anak usahanya PT Saratoga Sentra Business (SSB) mengurangi kepemilikan saham di PT Provident Agro Tbk (PALM).

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat, 22 Juli 2022, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk melalui anak usahanya PT Saratoga Sentra Business melepas 1.779.885.090 saham PALM pada 15 Juli 2022 dan 20 Juli 2022. Anak usaha Saratoga tersebut menjual saham PALM dengan harga Rp 825 per saham pada 15 Juli 2022 dan Rp 660 per saham pada 20 Juli 2022.

Setelah transaksi penjualan saham PALM itu, PT Saratoga Sentra Business memiliki 1.415.023.929 saham atau setara 19,88 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor PALM. Sebelumnya Saratoga Sentra Business memiliki 3.194.909.019 saham atau setara 44,88 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor PALM.

Sementara itu, dalam keterbukaan informasi PT Provident Agro Tbk (PALM) pada Jumat, 22 Juli 2022, PT Provident Capital Indonesia (PCI) telah mengumumkan pernyataan penawaran tender sukarela. PCI telah memulai proses penawaran tender sukarela untuk membeli sebanyak-banyaknya 736.728.500 saham yang dimiliki pemegang saham perseroan. Jumlah itu mewakili maksimal 10,41 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Jumlah saham keseluruhan yang dimiliki oleh PCI setelah diselesaikannya penawaran tender sukarela adalah sebanyak-banyaknya 3.880.929.391 saham PALM yang mewakili 54,85 persen dari seluruh saham dengan hak suara yang telah disetor penuh perseroan.

Selanjutnya

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Berdasarkan Pengumuman Pernyataan Penawaran Tender Sukarela, apabila setelah dilaksanakannya Penawaran Tender Sukarela ini PCI sendiri atau bersama-sama dengan pemegang saham pengendalinya memiliki lebih dari 50 persen dari seluruh saham dengan hak suara yang telah disetor penuh Perseroan, PCI akan menjadi satu-satunya Pengendali dari Perusahaan Sasaran (yaitu Perseroan) dan dengan demikian akan terjadi perubahan pengendalian di Perseroan,”

Pengendalian, yang sebelumnya dipegang secara bersama-sama oleh PCI dan SSB, akan menjadi dipegang PCI sebagai satu-satunya pengendali perseroan.

Sementara itu, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait pemegang saham di atas lima persen, pengusaha Garibaldi Thohir yang akrab disapa Boy Thohir memiliki 889.942.545 saham PALM atau setara 12,50 persen per 20 Juli 2022.

Berdasarkan data RTI, pemegang saham PALM per 30 Juni 2022 antara lain PT Saratoga Sentra Business sebesar 44,87 persen, PT Provident Capital Indonesia sebesar 44,16 persen, masyarakat sebesar 10,34 persen, dan saham treasury sebesar 0,61 persen.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya